Sabtu, 21 Juni 2014


LANJUTAN (oleh Syaikh Idahram)


 
Saud pun menggiring mereka turun. Penyerangan berlanjut selama satu jam dengan baku hantam dan saling bunuh. Pertempuran terjadi sangat sengit. Banyak terbunuh di antara mereka dari kafilah yang berjumlah sekitar 300 orang lelaki. Kaum muslimin (baca: kaum Wahabi) telah membantai mereka dan mengambil semua yang ada pada mereka
 
dari uang, pakaian, perhiasan, onta dan lainnya. Telah dibunuh dari mereka sekitar 70 orang lelaki di antaranya: Zamil ibnu Zaid, Zaid al-Hazani dan Sinan ibnu Syahin.[1]

b. Kitab Unwan al-Majd halaman 169-170: 
 
Kejadian tahun 1204 Hijriyah.
Kemudian masuk tahun 1204 Hijriyah. Pada tahun itu, Saud bersama tentara-tentaranya al-Manshurah (yang dimenangkan), kuda-kuda pilihan terkenal, orang-orang Arab badui dari Zhufair, seluruh badui yang ada, Zaid ibnu Urai’ir dan pembelot Bani Khalid, (bergerak) menuju Bani Khalid. Pemimpinnya saat itu Abdul Muhsin ibnu Sardah, keponakannya dan Duwaihis ibnu Urai’ir. Mereka tinggal di Guraimil yang terkenal di Ahsaa. Saud (dan tentaranya) menyerang dan memaksa mereka keluar. Maka terjadi pertempuran di antara mereka selama tiga hari. Kemudian Bani Khalid dan para pengikutnya mundur.
 
Lalu kaum muslimin (baca: kaum Wahabi) menyerang dari belakang, membunuh dan mengambil harta ghanimah. Saud memperoleh onta, kambing, perhiasan dan perabotan yang tidak terhitung jumlahnya, sedangkan musuh banyak yang terbunuh. Lalu dipisahkan seperlima ghanimah (untuk bagian Ibnu Abdul Wahab) dan sisanya dibagikan kepada tentara kaum muslimin (baca: kaum Wahabi), untuk yang berjalan kaki satu bagian dan yang menunggang kuda dua bagian. Abdul Muhsin dan orang yang bersamanya lari ke Muntafaq, sedangkan mayoritas Arab badui (dari pengikut Abdul Muhsin yang tersisa) menuju Ahsaa untuk berbaiat kepada Saud, masuk agama Allah dan rasul-Nya dengan penuh ketundukan dan ketaatan.[1]
  c. Kitab Unwan al-Majd halaman 178:
 “Kejadian tahun 1206 Hijriyah.
Saud memerangi Quthaif. Kemudian masuk tahun 1206 Hijriyah. Pada tahun itu di bulan Jumadil Ula, Saud bersama bala tentaranya dari kalangan badui maupun kotanya menuju Quthaif. Kaum muslimin mengepung penduduk Sihat dan menaiki temboknya. Lalu mengambil paksa daerah Sihat dan mengambil apa yang ada di dalamnya dari harta-benda dan barang-barang lainnya yang tidak terhitung banyaknya. Mereka mengambil daerah Ank secara paksa. Dibunuh dari mereka (penduduk Ank) 500 (lima ratus) orang lelaki. Kemudian Saud (dan bala tentaranya) berjalan lagi ke daerah Qudaih
dan mengambilnya secara paksa. Saud (dan pasukannya) mengambil dari Qudaih harta-benda yang banyak, membunuh kaum lelakinya. Saud (dan pasukannya) menguasai daerah Ank, Awamiyah dan lainnya. (Kemudian) mengepung Furdhah, karena mayoritas penduduk Quthaif kabur ke sana. Lalu mereka berdamai dengan Saud dengan membayar 3000 zur. Kaum muslimin (baca: kaum Wahabi) menghancurkan apa yang ada di Quthaif dari patung-patung sesembahan (baca: makam-makam orang shaleh) dan gereja-gereja (baca: apa betul ada gereja di Saudi saat itu?) dan membakar kitab-kitab mereka yang jelek setelah kaum muslimin mengumpulkannya berpikul-pikul (saking banyaknya).”
d. Kitab Unwan al-Majd halaman 302:  
Dan Saud menulis kepada Hamud memerintahkannya untuk memerangi penduduk Shan’a (Yaman) dan berjalan ke sana bersama pasukannya. Namun tidak dipenuhi. Maka Saud memerintahkan penduduk di sekitar Hijaz, Yaman dan orang-orang di dekatnya untuk berjalan memerangi Hamud. Saud mengutus dari Dir’iyah pasukan berkuda pilihan bersama wakilnya Ghassab al-Utaibi, menjadikannya penasehat bagi para emir Najd dan melarangnya dari menyelisihi Abdul Wahab. Karena dia ketua bagi semua emir. Maka Abdul Wahab berjalan dengan semua pasukannya dari Asir, Alma dan selain mereka dari penduduk Tur dan Tihamah. Sedangkan Ali ibnu Abdurrahman al-Mudhayifi saudaranya Utsman (berjalan bersama pasukan) dari Thaif,
perkampungan-perkampungannya dan orang-orang lembah Hijaz. Fahad ibnu Salim (berjalan) bersama penduduk Bisyah dan sekitarnya, serta semua pasukannya dari orang-orang kota maupun badui. Masyyat, Ibnu Dahman dan orang-orang di sekitarnya dari semua anak buahnya dari Syahran berjalan (bersama). Ibnu Harmalah berjalan bersama semua anak buah dan pasukannya dari Janab dan lainnya. Mereka berjalan serempak bersama para pemimpin mereka yang terkenal. Lalu berkumpul lebih dari 50.000 (lima puluh ribu) tentara. Kemudian Abu Mismar berkumpul bersama orang-orang yang bersamanya dari penduduk  
Yaman, Najran, Yam, Dahm, kabilah-kabilah Hasyid, Bukail dan orang-orang sekitarnya dari kabilah-kabilah Hamdan. Dia meletakkan pasukan di benteng-benteng pertahanan Tihamah. Datang bersamanya pasukan yang banyak. Maka dua pasukan bertemu di lembah Bisy. Hamud bergabung dengan pasukannya sebelum benar-benar siap untuk saling berhadapan (dengan musuhnya). Lalu dia ke arah sejumlah pasukan dari Asir yang Abdul Wahab ada di dalamnya. Perang sengit pun terjadi di situ seperti nyala api. Abdul Wahab terbunuh dalam
pertempuran itu, dan terbunuh bersamanya beberapa orang lelaki dari kaumnya. Kemudian satuan-satuan pasukan menyerang kaum Abu Mismar dan mengalahkan mereka dengan kekalahan tragis. Pasukan terus menghalau mereka, membunuh dan mendapatkan ghanimah. Pasukan juga berhasil menguasai sebagian kemah-kemah dan tempat-tempat musuh. Abu mismar terus mundur hingga ke pertahanannya di Abu Uraisy. Kaum muslimin telah berhasil menduduki negeri Shabiya dan sekitarnya dan mendapatkan harta ghanimah yang banyak.  

e. Kitab Unwan al-Majd halaman 312-313:
“Thami ibnu Syuaib, Emir Asir, Bergerak ke Hadidah.
Kemudian bergerak setelahnya, Thami ibnu Syuaib, emir kota Asir, Alma dan lainnya bersama pasukan. Mereka menuju pelabuhan terkenal di daerah Lihyah. Lalu mengepungnya dan mengambilnya secara paksa. Mereka mengambil hampir semua yang ada di dalamnya dari uang, emas, perak, pakaian, permata, sutera dan berbagai macam harta-benda yang tidak terhitung jumlahnya.
 
Diceritakan kepada kami bahwa, di antara mereka ada yang menumbuk permata karena mengiranya biji jagung, dan dibunuh dari penduduknya jumlah yang banyak, kabarnya orang-orang yang mati dari mereka sebanyak 1000 orang dari (jumlah) yang terbunuh dan mati. Pasukan Thami (juga) menghancurkan kota Lihyah dan membakarnya.
 
Pada tahun itu (tahun 1225 Hijriyah/1810 Masehi), Thami berjalan bersama pasukannya yang banyak dari para anak buahnya dari Asir, Hijaz, Bisyah dan sekitarnya, Qahthan dan yang lainnya dari orang-orang badui menuju Tihamah. Mereka sekitar 20.000 (dua puluh ribu) orang tentara menuju pelabuhan al-Hadidah. Lalu turun kepada penduduknya, mengambilnya secara paksa dan menguasai hampir semua daerah Hadidah. Telah sampai kepada penduduknya (berita) kedatangan pasukan, sehingga mereka mengamankan harta-benda ringan ke dalam perahu-perahu yang dikendarai oleh mayoritas kaum lelaki.

Lalu Thami (anak buah Saud) dan orang-orang yang bersamanya mengambil apa yang mereka jumpai di dalamnya dari uang dan harta benda, menghancurkan pelabuhan Hadidah dan membunuhi banyak penduduknya. Para pekerja Saud itu memisahkan bagian seperlima ghanimah (sebagai jatah Ibnu Abdul Wahab) dan kembali ke Dir’iyah dengan membawa harta rampasan itu.”
Bagaimanakah komentar pembaca setelah mengetahui modus-modus penyerangan Wahabi seperti di atas? Apakah perbuatan semacam itu menandakan akhlak seorang muslim, bahkan akhlak suatu ajaran yang diklaim paling benar? Paling nyunnah? Paling ittiba’ kepada Salaf?! Bukti-bukti ilmiah yang kami sampaikan dalam buku ini dapat pembaca rujuk langsung ke buku-buku Wahabi yang telah kami berikan alamat unduhnya dari webiste-website resmi milik Wahabi atau Ahlussunnah palsu!


[1] Ibnu Bisyr, Unwan al-Majd, op. cit., hal. 169-170.


[1] Ibnu Bisyr, Unwan al-Majd, op. cit., hal. 155.
 

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget