PEMUTAR BALIKKAN FAKTA SEJARAH
“PEMBANTAIAN JAMAAH HAJI”
Oleh: Syaikh Idahram
“PEMBANTAIAN JAMAAH HAJI”
Oleh: Syaikh Idahram
Firanda dalam buku bantahannya itu menyangkal jika Wahabi
pernah menjarah dan membunuh ribuan jamaah haji, dia mengatakan:
Keempat, pernyataan Idahram pada bulan Muharram 1220 Hijriyah
bertepatan dengan 1805 Masehi, Wahabi di Makkah membunuh ribuan umat Islam yang
sedang menunaikan ibadah haji. Sungguh ini merupakan kedustaan Idahram yang
tidak punya malu! Sama sekali tidak ada dalam sejarah, baik dalam
buku Unwan al-Majd maupun dalam buku sejarawan yang membenci Wahabi,
yaitu (seperti kitab, pen.) Sidq al-Khabar karya Syarif Abdullah bin
Hasan.” (Sejarah Berdarah Sekte Syi’ah… hal. 301)
Benarkah “sama sekali tidak ada dalam sejarah, baik dalam
buku Unwan al-Majd maupun dalam buku sejarawan yang membenci Wahabi”?
Mari kita buktikan bersama!
Biasanya jika kita mengungkapkan fakta sejarah tersebut
dari buku-buku sejarawan yang moderat, atau dari ulama sejarah yang tidak
berpaham Wahabi, mereka sangsi dan menolaknya. Biasanya mereka mengatakan, seperti
juga halnya Firanda atau Wahabi lainnya, bahwa itu buku-buku orang kafir,
Syiah, Sufi atau musuh-musuh dakwah Ahlussunnah.[1]
Mari kita cek buku-buku karya ulama Wahabi sendiri dan
buku yang dijadikan referensi utama oleh ulama-ulama Wahabi:
A.
Kitab Ajaib al-Atsar fi at-Tarajum wa al-Akhbar karya
Abdurrahman al-Jabarti si pembela Wahabi yang bukunya itu dijadikan referensi utama
oleh ulama-ulama sejarah Wahabi seperti Muhammad Adib Ghalib[2], Amin
ar-Raihani[3], Abdurrahman
ibnu Abdul Lathif ibnu Abdullah Alu Syaikh (pentahkik Unwan al-Majd) dan
lainnya. Di bawab ini scan cover depan kitab Ajaib al-Atsar terbitan Dar
ath-Thiba’ah Mesir tahun 1880 M, lalu :[4]
buku ini bisa diunduh di:
Atau untuk terbitan al-Mathba'ah al-'Amirah asy-Syarafiyah, Cairo, Mesir tahun 1322 dapat diunduh di sini: http://download.alkottob.com/?id=2736 Ini sampul covernya:
Sebelum memaparkan lebih jauh beberapa bukti sejarah dari kitab Ajaib
al-Atsar karya Aljabarti ini. Ada baiknya penulis menjelaskan siapa sosok
Aljabarti.
Aljabarti hidup sezaman dengan pendiri
Wahabi, Ibnu Abdul Wahab. Dia menjadi saksi sejarah penyerangan-penyerangan
yang dilakukan Wahabi terhadap kaum muslimin di semenanjung Jazirah Arab dan
Timur-tengah yang mereka namakan dengan orang-orang musyrik, sedangkan Wahabi
menamakan dirinya dengan “al-Muslimun” yang artinya orang-orang Islam. Dalam bukunya itu, selain membela akidah Wahabi, Aljabari sering sekali membenarkan penyerangan dan pembantaian yang dilakukan Wahabi terhadap umat Islam.
Di bawah ini scan isi kitab Aljabarti
1.
Ajaib al-Atsar, jilid 2 halaman 58-59 (Wahabi mengepung, memerangi, membunuh dan
manjarah barang-barang jamaah haji):
"(Kejadian) Tahun 1194 Hijriyah
Pada tahun itu, hari Kamis 11 Shafar, rombongan haji masuk
ke (ibukota) Mesir dan Amirul hajnya Murad Beik. Urban (orang-orang Arab badui
Wahabi) menghadang mereka di daerah Shafrah dan Jadidah. Mereka mengepung
rombongan haji di antara gunung-gunung dan memerangi mereka sekitar sepuluh
jam. Banyak yang meninggal dunia di antara jamaah haji dan
pasukan pengawalnya. Barang-barang (milik jamaah haji) yang begitu banyak
dijarah, begitu juga onta-onta dan hewan ternak. (Modus penyerangan itu) orang
Arab (badui Wahabi) di atas gunung dan rombongan haji di bawah mereka ketika
sedang berjalan.
2.
Ajaib al-Atsar, jilid 2 halaman 92 (Wahabi menelantarkan para jamaah haji, menjarah dan
membunuh rombongan haji Maroko):
“Dan pada pertengahan Shafar (1199 Hijriyah), rombongan
haji (Mesir) tiba bersama amirul haj Musthafa Beik. Para jamaah haji
pada tahun ini mengalami kesulitan besar akibat harga-harga mahal dan ancaman urban
(arab badui Wahabi) disebabkan upeti baru dan lama untuk mereka. Para jamaah
haji (juga) tidak bisa berziarah ke Madinah al-Munawarah kepada pemiliknya,
Rasulullah s.a.w., karena jalan-jalan terhalang. Orang alim dan binatang banyak
yang mati kelaparan. Mereka sangat terisolir dari berbagai hal. Di antara
mereka ada yang turun ke kapal layar menuju Qalzam dan datang dari Suez menuju
Qusair. Tidak tersisa (dari mereka) kecuali amirul haj dan (beberapa)
pengikutnya. Arab badui Wahabi menghadang rombongan haji Maroko di dataran
Aqabah. Mengepung mereka di sana, menjarah dan membunuh mereka hingga
yang terakhir. Tidak ada yang selamat dari mereka kecuali sekitar sepuluh
orang.”
3.
Ajaib al-Atsar, jilid 2 halaman 134 (Wahabi membunuh hampir semua orang dalam rombongan
haji selama tujuh hari dan menjarah harta mereka di jalan ke Madinah):
“Pada hari Ahad tersebut (bulan Shafar tahun 1201 H.) nujab
(pembawa berita) rombongan haji datang mengabarkan bahwa, orang-orang Arab
(yakni Wahabi) menghadang rombongan haji di jalan menuju Madinah dan memeranginya
selama tujuh hari. Amirul haj terluka dan hampir semua pengkikutnya dibunuh
termasuk bendaharanya. Dari jamaah haji (yang dibunuh) sekitar sepertiganya.
Wahabi menjarah hampir seluruh barang bawaan mereka disebabkan (kasus) upeti
lama untuk mereka.”
4.
Ajaib al-Atsar, jilid 2 halaman 134-135 (Wahabi menjarah, menelanjangi, menyandera dan
menjual jamaah haji perempuan, serta membunuhi para jamaah yang lain):
“Dan pada hari Ahad 11 Shafar (tahun 1201 H.), rombongan
haji pulang ke Mesir ketika orang-orang sedang lalai. Mereka (jamaah haji)
dalam kondisi sangat buruk akibat tidak berpakaian dan kelaparan. Semua
angkutan milik amirul haj dan para pedagang, onta-onta mereka,
barang-barang bawaan dan harta mereka dijarah. Orang-orang Arab (Wahabi)
menyandera semua perempuan dengan tunggangannya. Kondisi mereka sangat
mengenaskan sekali. Kemudian para jamaah haji meminta bantuan Ahmad Basya
al-Gazar, amirul haj negeri Syam. Maka dia melobi Wahabi terkait tawanan
perempuan. Lalu Wahabi mendatangkan perempuan-perempuan jamaah haji itu telanjang
tanpa busana kecuali pakaian dalam dan mendudukkan mereka semua di suatu
tempat. Orang-orang keluar berbondong-bondong. Maka setiap orang yang mendapati
isterinya, atau saudara perempuannya, atau ibunya, atau anak perempuannya dan
mengenalinya, maka dia membelinya dari orang yang menahannya. Kaum perempuan
Wahabi membawa empat sampai lima onta beserta barang bawaannya tanpa halangan
Sebab dari itu semua adalah kebodohan amirul haj (semata).
Sesungguhnya ketika dia ingin berangkat bersama rombongan haji ke Madinah, dia
mengirim (utusan) kepada orang-orang Arab (Wahabi). Lalu sejumlah orang dari
pembesar-pembesar mereka mendatanginya. Maka diberikan kepada mereka upeti dua
tahun dan harus mengangsur sisanya di tahun-tahun berikutnya sesuai peraturan
firman (perintah tinggi dari penguasa Wahabi). Maka di tahanlah 4 orang
untuknya sebagai jaminan. Kejadian itu memembuat mereka (Wahabi) murka. Lalu
(berita) itu sampai kepada teman-teman mereka (yang lain). Sehingga teman-teman
mereka itu menunggui kedatangan rombongan haji di tengah jalan. Berita
(penghadangan) itu sampai ke telinga amirul haj. Maka dia pun
(memutuskan untuk) berangkat dari jalan lain, namun tetap menjumpai mereka di
tengah jalan berpasukan. Sehingga Wahabi memerangi amirul haj (dan para
pengawalnya) secara hina. Dia pun kabur meninggalkan rombongan haji dan
orang-orang Wahabi. Maka Wahabi menjarah barang bawaannya dan membunuh para
pengawalnya (yang tertinggal), tidak tersisa kecuali sedikit orang. Dia kabur
dengan pengawal yang tersisa bersamanya dan bersembunyi dari rombongan haji
selama tiga hari, tidak ada yang melihatnya. Wahabi (akhirnya) melakukan apa
yang mereka (ingin) lakukan terhadap jamaah haji. Mereka mengambil apa
yang mereka (ingin) ambil. Maka tidak ada yang selamat kecuali orang yang
panjang umurnya dan selamat jiwanya, atau menebusnya, dan lain-lain.”
5.
Ajaib al-Atsar, jilid 2 halaman 161 (Selain menjarah kafilah pedagang dan jamaah haji, Wahabi
juga menyandera dan menjual jamaah haji perempuan, serta membunuh mereka):
“Pada 24 Ramadhan (tahun 1202 H.) Arab Wahabi menjarah
kafilah para pedagang dan jamaah haji yang datang dari Suez. Pada kafilah
tersebut terdapat banyak sekali barang-barang para pedagang dan jamaah haji.
Barang-barang yang dirampas, khususnya milik para pedagang adalah, enam ribu
onta, dari perkakas rumah, bumbu-bumbu, kopi, kain, hingga barang-barang
dagangan. Itu semua di luar barang-barang milik jamaah haji. Wahabi menjarah
mereka (semua) sampai pakaian yang ada di badan mereka. Menyandera jamaah haji
perempuan dan mengambil apa yang ada pada mereka, kemudian menjual para
perempuan itu kepada para pemiliknya dalam keadaan telanjang. Orang banyak
dan hampir semua pedagang mengalami bahaya besar. Di antara mereka ada yang
semua hartanya di kafilah ini sehingga ludes semua hartanya dan kembali (ke
rumahnya) dengan telanjang, atau mati terbunuh ditinggalkan orang.”
6.
Ajaib al-Atsar, jilid 2 halaman 250 (Membunuh hampir semua jamaah haji rombongan negara Mesir dan Maroko):
“Dan di antara kejadian (di tahun 1208 H. awal bulan
Shafar), orang-orang menanti kedatangan rombongan jamaah haji dan mencaritahu
(kabar) kedatangannya. Dentuman meriam atau lemparan anak panah juga tidak
kunjung hadir kepada mereka tahun ini (sebagai tanda kedatangan jamaah haji).
Ibrahim Beik (otoritas Turki Utsmani) mengutus seorang penunggang onta mencari
kabar tentang rombongan haji (Mesir). Maka pergilah dia dan kembali pada malam
ke-23 bulan Shafar mengabarkan bahwa, orang-orang Arab (Wahabi) mengepung
rombongan haji dari segala penjuru di daerah Mughair Syuaib. Mereka menjarahi
rombongan haji, menghancurkan rombongan pengawalan (pembawa kiswah ka’bah),
membakarnya dan membunuh hampir semua jamaah haji, dan (juga) rombongan haji
Maroko yang bersama mereka. Wahabi mengambil tunggangan dan hewan ternak
mereka dan merampas barang bawaannya. Amirul haj terluka dan tertembak tiga
peluru timah. Tidak ada kabar tentang dirinya selama tiga hari. Kemudian
orang-orang Arab Wahabi menghadirkannya dalam keadaan telanjang dan kondisi
sangat mengenaskan. Wahabi mengambil jamaah haji perempuan beserta
tunggangannya. Adapun orang yang masih hidup mereka masukkan ke dalam benteng
Aqabah. Si penunggang onta (utusan pembawa berita) juga mereka tinggalkan bersama
jamaah yang masih hidup di benteng tersebut tanpa air dan bekal. Si Pembawa
Berita tiba kepada orang-orang (di Mesir) dengan segala duka dan nestapa yang
teramat sangat pada malam itu. Kemudian mereka (otoritas Turki Utsmani)
mengangkat Muhammad Beik al-Ulfi dan Utsman Beik
al-Asyqar untuk perjalanan (ke Jazirah Arab) sebab hal
tersebut. Mereka keluar (dari Mesir) pada hari Kamis 27 Shafar. Pasukan
pengawalnya berusaha menyelamatkan apa yang mereka jumpai di jalan dari onta,
bigal dan keledai (milik rombongan haji yang tercecer). Mereka mendekati para
pengangkut air yang memindahkan air dari teluk dan mencari berita dari para
pembuat bata, pembuat roti, penjual kue dan ‘isy. Pada hari mereka keluar,
jamaah haji sampai dan masuk (ke Mesir) dalam kondisi sangat buruk akibat tidak
berpakaian, kelaparan dan keletihan. Maka ketika mereka (utusan Turki Ustmani)
sampai di sebuah pohon korma, mereka berjumpa dengan sisa jamaah haji dalam
kondisi mengenaskan tadi. Mereka mendapati amirul haj pergi ke Gaza ditemani
oleh beberapa jamaah haji mengirim (utusan) untuk meminta keamanan dan
(mengabarkan bahwa) mereka tidak dapat mengunjungi Madinah tahun ini. Dia
mengirim dari pundi Madinah 32 ribu riyal bersama orang-orang Arab yang
memerangi. Hilang pada kejadian ini dari uang dan harta benda yang sangat
banyak. Mereka mengabarkan bahwa, musim haji tahun ini adalah musim haji
terparah sepanjang sejarah.”
7.
Ajaib al-Atsar, jilid 3 halaman 300 (Pengepungan tentara Wahabi atas Makkah, Madinah dan
Jeddah, dan mayoritas penduduk Madinah meninggal dunia disebabkan makanan sulit
dan mahal akibat adanya pengepungan Wahabi):
“Dan pada tanggal 13 Rabiul Awal (tahun 1219 H.) datang
berita kapal-kapal barang dari Qalzam ke Suez telah tiba, di dalamnya rombongan
jamaah haji dan pengawalannya. Mereka mengabarkan pengepungan
orang-orang Wahabi atas Makkah, Madinah dan Jeddah, dan mayoritas penduduk
madinah mati kelaparan akibat mahalnya barang makanan, 1 irdab gandum
(150 Kg) seharga 50 franc (itu pun) jika ada, dan 1 irdab beras seharga
100 franc dan (harga barang-barang lain) seumpama itu.”
Sejarawan yang mengatakan adanya pembunuhan ribuan jamaah haji
itu bukan hanya al-Jabarti ulama sejarah yang hidup sezaman dengan ibnu Abdul Wahab
dan pembela dakwahnya, tetapi juga sejarawan-sejarawan lain yang tidak berfaham
Wahabi.
B.
Kedua, masih bersumber dari buku utama Wahabi yaitu Unwan
al-Majd karya Utsman ibnu Abdullah Ibnu Bisyr.
Sebelum memaparkan lebih jauh beberapa bukti sejarah dari
kitab Unwan al-Majd karya Ibnu Bisyr ini. Ada baiknya penulis
menjelaskan siapa sosok Ibnu Bisyr.
Sebagaimana
dijelaskan dalam bukunya “Unwan al-Majd”, Ibnu Bisyr adalah muridnya Ibnu Abdul
Wahab. Dia hidup sezaman dengan Pendiri Wahabi tersebut, dan sering mengikuti kegiatan
yang dilakukan oleh ‘Dul Wahab’ gurunya itu. Selain sangat memuji-muji setiap langah
gurunya, Ibnu Bisyr selalu menyebut sekte Salafi Wahabi dalam bukunya itu dengan
sebutan “muslimun” (orang-orang Islam) disaat yang sama dia menyebut kelompok selain
mereka sebagai “musyrikun” (orang-orang musyrik) yang menurut mereka halal untuk diperangi dan dirampas hartanya.
1.
Wahabi memerangi siapa saja yang dijumpai di jalan. (Kitab Unwan al-Majd halaman 332 dan 333, pada
kejadian tahun 1228 H.)
“Saud
Bersama Pasukannya Menuju Hanakiyah Dekat Madinah
Pada tahun itu
(1228 H.) bulan Rabi’ul Akhir, Saud rahimahullah berjalan bersama
pasukannya (yang berasal) dari semua penjuru Najd, baik penduduk kota
maupun baduinya, dengan tujuan Hanakiyah, sumur air terkenal di dekat kota
Madinah. Di dalam istana Hanakiyah ada askar (polisi) Romawi bersama
Utsman Kasyif, sedangkan di atas sumur air ada orang-orang Arab badui dari
kelompok musuh dan orang-orang selain mereka. Maka ketika Saud (bersama
pasukannya) berhadapan dengan mereka, orang-orang Arab badui (dari kelompok
musuh) lari dengan onta-ontanya dan menyusupkan onta-onta tersebut ke daerah
berbatu (untuk menghindari perampasan dan pembunuhan). Namun dengan
tiba-tiba muslimun (baca: tentara Wahabi) mendatangi rumah-rumah
mereka dan mengambil apa yang ada di dalamnya dari perabotan dan harta benda.
Kemudian Saud meninggalkan Hanakiyah dan berjalan menuju
kota Madinah. Di tengah jalan (dari tempat-tempat yang mereka lalui) Saud
(dan pasukannya) mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang atas nama
agama) dari badui kelompok musuh dengan ghanimah yang banyak. Ketika
mendekati gunung Uhud, berhadapan dengan pasukan berkuda orang-orang Turki dan
tentara musuh. Maka pasukan berkuda muslimin (baca: pasukan berkuda
Wahabi) langsung menyerbu mereka dan membunuhi mereka sekitar 30 orang berkuda.
Sedangkan tentara musuh telah kabur lebih dulu sebelum pasukan berkuda, dan
menyusup ke dalam kota Madinah. Kemudian Saud (dan pasukannya) turun di
perkampungan Abu Rasyid, maka penduduk Barkah pun kabur dari daerahnya.
Kemudian Saud (dan pasukannya) pergi dan turun di Hisa. Kemudian berjalan ke
lembah Shafra, membakar kebun-kebun korma dan membunuh kaum lelaki.
Kemudian berjalan ke daerah bebatuan dan turun di penduduk kampung Sawariqah,
lalu Saud (dan pasukannya) mengepung mereka. Separuh penduduknya selamat dan
separuhnya tergantung mereka sendiri setelah Saud (dan tentaranya) merusak
kebun-kebun korma dan menghancurkan sebagian besar rumah-rumah mereka. Lalu
Saud (dan tentaranya) tinggal beberapa hari dan mengumpulkan ghanimah di sana,
menjualnya dan membagikannya kepada muslimin (baca: pasukan Wahabi), bagian
ghanimah untuk pejalan kaki satu dan untuk penunggang kuda dua.”
Masyaa Allaah… bejad sekali akhlak mereka terhadap sesama umat Islam! Selain kelompoknya
dianggap sebagai musyrik yang halal darahnya! Laa haula walaa quwwata illaa
billaah…
Pada informasi Ibnu Bisyr di atas, Wahabi selain membunuhi
kelompok lain dari umat Islam dan merampas hartanya, juga menyebut tentara
Turki Utsmani yang notabene-nya beragama Islam dengan sebutan tentara
Romawi yang terkesan tentara kafir non muslim, dan halal diperangi!
Terkait penyerangan terhadap siapa saja yang mereka jumpai
di jalan dari orang-orang yang bukan kelompok Wahabi, maka penjelasan dari
seorang mustasyar (pakar), Dr. Muhammad ad-Dimirdasy cendekiawan Mesir,
dalam artikelnya di koran Rosal Yousef’s Daily yang berjudul al-Ikhwan
an-Najdiyun: min Fathi l-Hijaz ila Qathli l-Hajij (ikhwan Najd: dari
pembebasan Hijaz sampai pembunuhan jamaah Haji) bisa menjelaskan alasan kenapa
mereka menyerang orang-orang selain mereka. Dia mengatakan:
ولذا انفتل الإخوان يتعرضون للناس في
الشوارع ينهونهم عما يرونه خروجا عن دين الله، وكان ذروة ذلك الأمر في تعرض
الإخوان للمحمل المصري في مني، فعندما رأي الإخوان المحمل وما يرافقه من طقوس
معتادة وموسيقي صاحوا عليه بقولهم: الصنم الصنم، وهجموا عليه، فبادر العسكر المصري
بإطلاق نار بنادقهم علي المهاجمين وقتلوا عدداً من الإخوان رداً علي هجومهم، وكان
هذا الحادث بحضور الملك عبد العزيز بنفسه الذي بادر مسرعاً لتهدئة المصريين، وأمر
جيشه بحماية المحمل وحجبه عن أنظار الإخوان حرصاً علي سلامته والعسكر المرافقين له
من انتقامهم. وقد أدت هذه الحادثة إلي قطع العلاقات المصرية السعودية لمدة عشر
سنوات رغم سفر الأمير سعود ولي العهد للقاهرة ومكوثه شهراً لتقديم الاعتذار.
“Oleh karena itu, Ikhwan Wahabi keras menghadapi
orang-orang di jalan-jalan, mencegah mereka dari apa yang mereka (Ikhwan
Wahabi) pandang (telah) keluar dari agama Allah. Puncak dari perkara itu saat Ikhwan
menghadapi mahmal (rombongan haji pembawa kiswah) Mesir di Mina. Maka
ketika Ikhwan melihat mahmal dan apa yang mengiringinya berupa
budaya dan musik (semacam iring-iringan tambur/drumband), orang-orang Ikhwan
meneriakinya dengan ucapan, “Berhala… berhala…” dan mereka menyerangnya. Maka ‘askar
(polisi) Mesir segera melepaskan tembakannya kepada orang-orang yang menyerang tersebut
dan membunuh sejumlah Ikhwan akibat penyerangan mereka. Tragedi ini
terjadi di depan mata Raja Abdul Aziz sendiri yang segera turun menenangkan
(rombongan haji) orang-orang Mesir itu. Beliau memerintahkan tentaranya untuk
menjaga mahmal dan menghalanginya dari pandangan orang-orang Ikhwan
demi (menjaga) keselamatannya dan keselamatan ‘askar yang mengiringinya
dari dendam orang-orang Ikhwan. Tragedi ini mengakibatkan pemutusan
hubungan (kenegaraan) Mesir-Saudi selama sepuluh tahun. Meskipun Emir
Saud putera mahkota Saudi telah berkunjung ke Kairo dan tinggal selama sebulan
untuk mengajukan permohonan maaf.”[5]
Jika melihat persepsi mereka terhadap kelompok lain
seperti itu, maka wajar saja jika ribuan jamaah haji juga ikut menjadi korban
mereka. Ada di antara jamaah haji yang terpaksa pulang kampung dengan segala penderitaan,
dan tidak sedikit di antara mereka yang mati terbunuh oleh Wahabi sebagaimana
disampaikan oleh Aljabarti terdahulu.
Terlebih lagi, jika tragedi di atas kita perhatikan secara
lebih seksama. Ternyata di depan mata pemimpinnya saja mereka berani menyerang
rombongan jamaah haji Mesir yang saat itu sebagai tamu negara. Lalu apa yang
akan terjadi jika hal semacam itu tidak di depan mata pemimpinnya dan bukan
tamu negara? Maka akan luluh-lantak tanpa sisa! Jadi, ya wajar saja jika ribuan
jamaah haji dari berbagai negara juga mati terbunuh, wong pola pikirnya takfiri
begitu!
Oleh karena itu, Ibnu Bisyr muridnya pendiri Wahabi juga mengatakan
hal yang sama tentang korban jamaah haji, namun tidak terang-terangan. Dalam kitabnya Unwan al-Majd dia menyampaikan
tentang seringnya rombongan haji dari berbagai negara tidak dapat berhaji, padahal
mereka telah berada di jazirah Arab. Pada halaman 294-295 pada kejadian tahun
1222 H. dia berkata, sebagaimana scan isi kitab tersebut di bawah ini:
"Pada tahun itu (1222 H.) Saud berhaji
yang ke-4 dengan semua kaum muslimin (baca: Wahabi) dari pengikutnya, dari
penduduk dataran tinggi (utara), selatan, Wasym, Sudair, Qasim, gunung Syamr,
Ahsa dan sekitarnya, Bisyah, Raniyah, Tihamah, Yaman, Hijaz dan lainya, sekitar
seratus ribu orang atau lebih. Dia memasuki Makkah dengan semua
tentara-tentara itu.
Dan dia tinggal di Makkah sekitar 18
hari. Kemudian berangkat menuju kota Madinah. Dia memasuki Madinah dan tinggal
di sana beberapa hari. Dia (juga) meletakkan pasukan di perbatasan Madinah.
Mengeluarkan (paksa) penduduk yang ada di benteng dan menggantinya dengan
pasukan dari penduduk Najd. Menyusun pasukan tersebut dengan sempurna. Mengangkat
Abdullah ibnu Mazru’ pemilik Manfuhah sebagai ketua pasukan, Hamad ibnu Yahya
ibnu Ghaihab pemilik Syaqra sebagai ketua di Kharaj. Kemudian Saud meninggalkan
Madinah (pergi) ke daerahnya. Tidak ada yang berhaji pada tahun itu satu pun
dari penduduk dunia, tidak dari Syam, tidak juga dari negara lainnya.”
Pembaca budiman, dari informasi di atas ada beberapa
pertanyaan yang bisa kita ajukan:
1.
Kenapa Ibnu Bisyr selalu menamakan orang-orang Wahabi
dengan muslimin, sedang kepada yang lain tidak?
2.
Untuk apa Yang Mulia Raja Saud berhaji dengan membawa
semua bala tentaranya?
3.
Kenapa beliau menempatkan pasukan tentaranya di perbatasan
Madinah, padahal dalam rangka berhaji? Penempatan tentara ini
bisa memicu bentrokan dan banyak korban dari
penduduk sipil maupun para jamaah haji.
4.
Apa sebabnya dia mengeluarkan paksa penduduk yang ada di
benteng, lalu digantinya dengan pasukan tentaranya? Berarti telah terjadi
banyak korban di sana.
5.
Lalu, menghilang ke mana para jamaah haji dari negara-negara
lain, sampai tidak ada yang berhaji satu orang pun kecuali mereka orang-orang
Wahabi pada tahun itu? Apakah banyak yang jadi korban?
Kasus tidak ada jamaah haji dari negara-negara lain bukan
hanya sekali. Pada halaman 297 kejadian tahun 1223 H., Ibnu Bisyr al-Wahhabi berkata:
“Dan Saud tinggal di Makkah sekitar 18 hari, kemudian
meninggalkannya. Dia mengirim ke Madinah pasukan (yang berasal) dari semua
penjuru Najd menggantikan pasukan yang ada di Qulai’ah, Jiyar dan lainnya.
Inilah kebiasaanya di perbatasan (terhadap pasukannya), menugaskan mereka
selama setahun kemudian menggantinya dengan pasukan lain, dan mereka kembali ke
keluarganya. Saud pun kembali daerahnya. Tidak ada yang berhaji pada tahun
ini seorang pun dari penduduk Syam, Mesir, Iraq, Maroko dan lainnya kecuali
hanya segelintir orang dari penduduk Maroko yang tidak berarti bagi mereka.
Mereka (orang-orang Wahabi) berhaji dengan aman.”
Juga haji berikutnya di tahun 1224. Pada halaman 305,
masih di jilid 1 dari kitab Unwan al-Majd, Ibnu Bisyr berkata:
“Kemudian Saud meninggalkan Makkah pada 10 hari terakhir
bulan Dzulhijjah (tahun 1224 H.), mengirim ke Madinah pasukan pengganti pasukan
sebelumnya, dan dia kembali ke daerahnya. Tidak ada yang berhaji pada tahun
itu seorang pun dari penduduk Syam, tidak juga Mesir, Istanbul, maupun Iraq,
kecuali orang yang berhaji dengan keamanan Saud (dari orang-orang Wahabi).”
Seperti itu juga kurang lebih kondisinya untuk haji di
tahun 1226 Hijriyah, tidak ada yang berhaji dari umat Islam dunia, kalau pun
ada hanya secuil. Ibnu Bisyr berkata:
“Kemudian Saud, anaknya: Abdullah dan tentara-tentara yang
bersamanya meninggalkan Makkah pada sepuluh terakhir bulan Dzulhijjah (tahun
1226 H.). Saud meletakkan tentara-tentara di Makkah dan mengirim ke Madinah
sejumlah besar (pasukannya) dari penduduk Najd, Yaman dan Hijaz guna
menertibkan Qulaiah dan daerah-daerah di Madinah, serta menjaganya. (Lalu) dia
kembali ke daerahnya dan mengizinkan penduduk beberapa daerah untuk kembali ke
daerahnya. Tidak ada yang berhaji seorang pun pada tahun ini dari penduduk
Istanbul, tidak juga dari Mesir, Syam atau lainnya, kecuali sedikit dari
penduduk Maroko dengan aman.”[6]
Terkait kondisi pelaksanaan ibadah haji ini, pada tahun
1217 Hijriyah pasukan Wahabi menyerang kota Makkah yang ketika itu dijabat oleh
Gubernur Syarif Ghalib (perwakilan Turki Utsmani di Makkah). Mereka
menghancurkan tempat-tempat bersejarah dan meluluhlantakkan kubah-kubah makam
para sahabat Nabi s.a.w. dan orang-orang shalih di Makkah yang mereka anggap
sebagai tempat-tempat kemusyrikan. Dalam Unwan al-Majd halaman 263, Ibnu
Bisyr berkata:
“Maka ketika Saud dan muslimin (baca: orang-orang
Wahabi) keluar dari thawaf dan sa’i, dia membagi pasukannya untuk menghancurkan
kubah-kubah yang dibangun di atas kuburan dan tempat-tempat ziarah syirik. Di
Makkah, hal semacam ini banyak sekali, ada di bawah Makkah, di atasnya, di
tengahnya dan di rumah-rumahnya. Maka Saud (dan pasukannya) menetap di Makkah
lebih dari 20 hari. Kaum muslimin (baca: pasukan Wahabi) berkutat di
kubah-kubah itu lebih dari sepuluh hari menghancurkan(nya). Sejak pagi sekali
mereka menghancurkannya setiap hari. Hanya kepada Yang Maha Tunggal mereka mendekatkan
diri, sehingga tidak tersisa sedikit pun dari tempat-tempat ziarah dan
kubah-kubah itu di Makkah, kecuali mereka meruntuhkannya dan menjadikannya
debu.”
Bahkan ketika Saud ibnu Abdul Aziz melaksanakan hajinya
yang ke-3 pada tahun 1221 Hijriyah, dia mengirim ribuan tentaranya ke
seluruh penjuru Makkah dan Madinah, sebelum dia berangkat untuk berhaji.
Abdul Wahab ibnu Amir ditugaskan sebagai komandan pasukan dari Asir, Alma dan
sekitarnya. Fahad ibnu Salim ibnu Syakban komandan pasukan dari Bisyah dan
sekitarnya, Utsman al-Mudhayifi komandan pasukan dari Thaif, Yaman, Tihamah dan
Hijaz. Hujailan ibnu Hamad memimpin pasukan yang berasal dari Qasim. Muhammad
ibnu Abdul Muhsin ditugaskan memimpin pasukan yang berasal dari daerah Jabal,
Syamr dan Wasym. Pada tahun itu, Wahabi mengeluarkan paksa seluruh orang-orang
Turki dari Makkah, begitu juga dengan tentara-tentara Makkah yang disebut oleh
Ibnu Bisyr al-Wahabi, penulis kitab Unwan al-Majd, dengan sebutan “tentara
Romawi” yang sebenarnya adalah tentara Turki Utsmani.[7] Tidak masuk
akal ada pasukan tentara Romawi bertugas menjaga keamanan Masjidil Haram dan
melindungi orang-orang yang sedang berhaji di Makkah saat itu! Maka sekali
lagi, wajar saja jika rombongan jamaah haji dari berbagai negara Islam banyak
yang menjadi korban mereka pada saat itu.
Para korban meninggal dunia yang diceritakan oleh Ibnu
Bisyr si pecinta Wahabi tersebut diperjelas oleh Penulis Syarif Abdullah ibnu
Hasan dalam bukunya Sidq al-Khabar dan al-Jabarti dalam Ajaib
al-Atsar bahwa, korban-korban yang berjatuhan meninggal dunia –yang telah dikatakan
oleh ibnu bisyr itu– sebagian besarnya adalah jamaah haji akibat adanya pendudukan
kota Makkah oleh Wahabi. Pada halaman 130-131 dari bukunya itu dia mengatakan:
“Dan pada hari Jumat tanggal 21 Muharram tahun 1218
Hijriyah, pembawa berita datang ke Mesir membawa beberapa surat tertanggal 20
Dzulhijjah, tertulis di dalamnya bahwa Wahabi telah menguasai Hijaz (Makkah
dan Madinah)[8]
dan Syarif Ghalib (wakil khalifah Turki Utsmani di Makkah) meminta wali
(penguasa) Jeddah dan para amirul haj (ketua rombongan haji) negeri Syam
dan Mesir untuk tinggal menetap bersamanya beberapa hari untuk keperluan
mengangkut harta dan barang-barangnya (agar bisa berangkat bersama rombongan
haji) ke Jeddah. Mereka pun menyanggupinya dengan disertai imbalan. Maka mereka
(semuanya) tinggal bersama Syarif Ghalib selama dua belas hari. Kemudian pergi
meninggalkan Jeddah setelah rumahnya dibakar.
Pada hari Senin 16 Shafar tahun tersebut, datang surat
dari Hijaz ke Mesir tertanggal pertengahan Muharram, tertulis di dalamnya bahwa
Wahabi telah menguasai penuh kota Makkah pada hari Asyura setelah Syarif
Ghalib pergi dan setelah dua hari para rombongan haji pergi, karena para
rombongan haji terlambat di Makkah selama delapan hari, melebihi kebiasaannya.”
“Pada akhir Muharram 1222 Hijriyah datang berita dari
Mesir (menyatakan) rombongan haji negeri Syam (terpaksa) kembali pulang dari
Manzil Hidyah, karena Wahabi menyampaikan pesan kepada Abdullah Basya, amirul
haj negeri Syam, agar rombongan hajinya berangkat tanpa membawa mahmal
(pengawalan), drumband dan senjata tajam.
Pada hari Sabtu 13 Shafar tahun tersebut, rombongan haji
Maroko sampai di Mesir. Mereka mengabarkan bahwa, Raja Wahabi, Saud, masuk
Makkah bersama pasukan besar dan mengancam kepada amirul haj Mesir akan
membakar pengawalan hajinya jika datang lagi dengan pengawalan, dan Wahabi mengahancurkan
kubah-kubah, kubah makam Nabi Adam, kubah-kubah yang ada di Yanbu dan Madinah.
Pada hari Ahad 7 Rabiul Akhir tahun tersebut, para aga
(pelayan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi) dan qadi (hakim) yang ditugaskan untuk menjadi qadi
di Madinah dan pelayan Haramain pulang kembali ke Mesir bersama rombongan haji,
karena Wahabi mengusir mereka semuanya. Rombongan haji mengabarkan, mereka
dilarang berziarah ke Madinah dan Wahabi telah mengambil semua yang ada di
rumah Nabi berupa barang-barang simpanan berharga dan permata, serta memerintahkan
untuk membakar rombongan pengawal haji.”
Dan al-Jabarti (penulis kitab Ajaib al-Atsar si
pecinta Wahabi) juga mengatakan pada kejadian tahun 1223 H. bahwa, gagalnya
rombongan haji Syam dan Mesir disebabkan penolakan Wahabi. Kemudian dia
menyebutkan bahwa, Wahabi telah mengisi empat kotak perhiasan dengan berlian
dan yakut yang begitu banyak. Di antaranya empat tempat lilin dari Zamrud,
lilin berlian yang bisa bercahaya dalam gelap, dan sekitar 100 pedang antik
yang sarungnya dibalut dengan emas murni, berlian dan yakut, gagangnya dari
permata zamrud dan yasym, sedangkan mata pedangnya dari besi bertuliskan
nama-nama raja dan khalifah terdahulu.”
Al-Jabarti si pembela paham Wahabi dalam kitabnya Ajaib
al-Atsar, jilid 2 halaman 303 lebih memperjelas lagi siapa saja di antara
korban pengepungan Wahabi selama enam tahun atas kota Makkah itu, yang aksi pembunuhannya hingga di dalam Masjidil Haram.
“Pada tahun itu (Senin, awal Rabiul Akhir 1219 H.)
kapal-kapal layar dari negeri Hijaz sampai ke pelabuhan Suez. Di dalamnya
terdapat rombongan haji (Mesir) dan rombongan haji Maroko. Jamaah haji yang
tiba (di Mesir) hanya sedikit. Kebanyakan mereka dibunuh oleh tentara Wahabi
yang menetap di Makkah setelah kematian Syarif Basya. Begitu juga (mati
dibunuh) orang-orang yang bergabung dengan mereka (rombongan haji Mesir &
Maroko) dari bangsa mereka. Puncak bahaya, kerusakan dan pembunuhan telah
menimpa mereka hingga di dalam Masjidil Haram. Karena Syarif Ghalib telah
menyerahkan mereka kepada tentara Wahabi dan membebankan upah tentara kepada
mereka. Mereka terus-menerus dalam keadaan keji seperti ini bersama tentara
Wahabi.”
Subhaanallaah! Sampai di dalam masjidil haram sekalipun
mereka juga dibunuh?! Maasyaa Allaah…
Padahal Allah s.w.t. telah berfirman:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ
لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ. فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ
إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا
“Sesungguhnya rumah
yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang
di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia.” (QS. Ali Imran [3]: 96-97).
Dan Nabi s.a.w. juga telah bersabda:
إِنَّ مَكَّةَ حَرَّمَهَا اللَّهُ وَلَمْ
يُحَرِّمْهَا النَّاسُ فَلَا يَحِلُّ لِامْرِئٍ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ أَنْ يَسْفِكَ بِهَا دَمًا وَلَا يَعْضِدَ بِهَا شَجَرَةً فَإِنْ أَحَدٌ
تَرَخَّصَ لِقِتَالِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا
فَقُولُوا إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذِنَ لِرَسُولِهِ وَلَمْ يَأْذَنْ لَكُمْ
وَإِنَّمَا أَذِنَ لِي فِيهَا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ ثُمَّ عَادَتْ حُرْمَتُهَا
الْيَوْمَ كَحُرْمَتِهَا بِالْأَمْسِ وَلْيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ. (أخرجه
البخاري ومسلم)
“Sesungguhnya Makah (adalah negeri
yang) telah Allah haramkan, bukan manusia yang mengharamkannya. Maka tidak
boleh bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menumpahkan
darah disana, dan tidak boleh untuk menebangi pepohonannya. Kalau sekiranya ada
seseorang yang mengatakan bahwa, Rasulallah diberi keringanan untuk melakukan
peperangan didalamnya, maka katakanlah padanya: ‘Sesungguhnya Allah telah
mengizinkan Rasul-Nya, namun tidak bagi kalian.’ Allah mengizinkanku berperang
di Makkah hanya beberapa waktu saja, kemudian keharamannya kembali pada hari
ini seperti kemarin. Oleh karena itu, hendaknya orang yang hadir pada saat ini
menyampaikan kepada orang lain.” (HR. Bukhari no: 104 dan Muslim no: 1354)
PEMBANTAIAN 30.000 JAMAAH HAJI
Tulisan Arab pada judul video di atas bermakna:
“Salafi Wahabi telah Membunuh 30 Ribu Jamaah Haji
Baitullah Haram”
Rekaman ceramah tentang adanya pembataian 30.000 jamaah haji yang
dilakukan Wahabi ini disampaikan Dr. Yusri Rusydi, salah seorang ulama al-Azhar.
Ceramah ini disiarkan juga oleh Azhar TV. Dapat dilihat pada alamat ini: http://www.youtube.com/watch?v=oYAH5_dUW3Q
Firanda dalam bukunya
mengatakan bahwa, pembunuhan ribuan jamaah haji oleh Wahabi hanyalah kedustaan
Idahram yang tidak punya malu dan sama sekali tidak ada dalam sejarah![9] Dengan
ucapannya itu, maka buku-buku sejarah terpercaya yang juga menjadi rujukan
ulama-ulama Wahabi telah menampar mukanya sendiri dan dialah sebenarnya
yang tidak punya rasa malu mengatakan dusta berkali-kali!
[1] Firanda Andirja Abidin, Sejarah Berdarah Sekte
Syi’ah Membongkar Koleksi Dusta Syaikh Idahram, Nashir as-Sunnah 2012,
tanpa alamat penerbit, cetakan pertama, hal. 248-249.
[2] Di antaranya referensi utama untuk bukunya yang
berjudul Min Akhbar al-Hijaz wa Najd fi Tarikh al-Jabarti (Di antara
Kabar Hijaz dan Najd dalam Kitab Sejarah al-Jabarti), diterbitkan oleh Dar
al-Yamamah li al-Bahts wa at-Tarjamah, cet. ke-1, tahun 1975. Buku ini terdiri
dari 279 halaman.
[3] Di antaranya referensi utama untuk bukunya yang
berjudul Tarikh Najd al-Hadits wa Mulhaqatih wa Sirah Abdul Aziz as-Saud
(Sejarah Najd Baru dan Sekitarnya dan Perjalan Hidup Raja Abdul Aziz as-Saud),
diterbitkan oleh Mathbaah Yusuf Shadir, Beirut 1928, terdiri dari 423 halaman
isi dan 11 halaman pengantar.
[4] Buku ini dapat diunduh di http://al-mostafa.info/data/arabic/depot3/gap.php?file=i002186.pdf. Untuk terbitan al-Mathba'ah al-'Amirah
asy-Syarafiyah, Cairo, Mesir tahun 1322 dapat diunduh di:
http://download.alkottob.com/?id=2736
[5] Artikel ini dimuat di koran Rosal Yousef's tanggal
28 Juli 2012, lihat http://www.rosaeveryday.com/articles/778/الإخوان-النجديون-من-فتح-الحجاز-إلي-قتل-الحجيج-1-3, diunduh tanggal 27
Januari 2014.
[8]
Hijaz adalah sebuah wilayah di sebelah barat laut Arab Saudi;
kota utamanya adalah Makkah, Madinah dan Jeddah (lihat:
http://id.wikipedia.org/wiki/Hijaz)
0 komentar:
Posting Komentar