MALING TERIAK MALING
Firanda Andirja Abidin mengatakan dalam
bukunya berjudul Sejarah Berdarah Sekte Syi’ah, Membongkar Koleksi Dusta Syaikh
Idahram:[1]
“Adapun kedustaan Idahram, setelah merujuk langsung ke dua
kitab yang disebutkan oleh Idahram, yaitu kitab Unwan al-Majd fi Taarikh
Najd karya Ibnu Bisyr dan juga kitab Sidq al-Khabar fi Khawarij al-Qarn
ats-Tsaani Asyar karya asy-Syarif Abdullah ibnu Hasan Baasyaa, maka saya
semakin menemukan kedustaan-kedustaan Idahram.” (Sejarah Berdarah Sekte Syi’ah… hal. 298)
Pada halaman berikutnya, dia melanjutkan
teriakannya:
“Idahram berkata bahwa Utsman ibnu Abdillah ibnu Bisyr
an-Najdi (pengkaji sejarah berfaham Wahabi) menyatakan bahwa Wahabi menjual daging-daging keledai,
daging anjing, dan bangkai kepada umat Islam Makkah dengan harga tinggi dalam
keadaan mereka kelaparan. Banyak di antara mereka yang meninggalkan kota Makkah
karena takut akan kekejaman Wahabi. Sementara bangkai manusia membusuk
bergelimpangan di sana sini (Ibnu Bisyr, Unwan al-Majd fi Tarikh Najd,
jilid 1, op. cit., hal. 135-137) demikian perkataan Idahram dalam kitabnya
halaman 85.
Sungguh ini merupakan kedustaan yang sangat memalukan.
Sama sekali tidak ada penukilan seperti ini dalam kitab Unwan al-Majd.
Bagaimana bisa masuk akal kaum Wahabi menjual daging anjing dan bangkai kepada
umat Islam?
Idahram memang benar-benar pendusta. Bahkan untuk
memantapkan kedustaannya ia menampilkan gambar sampul kitab Unwan al-Majd
di dalam bukunya halaman 75, sehingga para pembaca benar-benar menyangka bahwa
Idahram benar-benar telah menukil langsung dari buku tersebut. Tetapi
kenyataannya Idahram hanyalah pendusta.
Sungguh menyedihkan, buku yang isinya kedustaan ini diberi
kata pengantar oleh tokoh-tokoh sekelas Arifin Ilham dan Dr. Said Aqil Siradj!”
(Sejarah Berdarah Sekte Syi’ah… hal.
300-301)
Dengan begitu yakin tanpa keraguan sedikit pun, tegas,
lantang dan berapi-apinya Firanda mengatakan Syaikh Idahram sebagai pendusta yang
kedustaan-kedustaannya sangat memalukan! Betulkah begitu?
Ternyata maling memang biasanya teriak maling, pendusta
teriak orang lain berdusta, padahal dirinya yang telah berdusta dan
menutup-nutupi kebenaran.
Wahai Firanda, Anda mengaku telah merujuk langsung ke kitab
yang dijadikan rujukan Syaikh Idahram. Tidakkah Anda membaca kalimat-kalimat
tersebut dalam kitab Unwan al-Majd itu, yang anda mengaku telah
membacanya? Ataukah mungkin, mata Anda –maaf– buta dan mata hati anda telah
dibutakan oleh Allah s.w.t.? Atau Anda pura-pura tidak melihatnya?!
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Syaikh Idahram pada bukunya
tersebut di halaman 83 s/d 84 bahwa, prahara tersebut terjadi pada tahun
1220 H, dia mengatakan:
“Sedangkan pengkaji sejarah berfaham Wahabi, Utsman ibnu
Abdullah ibnu Bisyr al-Hanbali an-Najdi (dalam kitabnya ‘Unwan al-Majd
fi Tarikh Najd) menyatakan, prahara tersebut terjadi pada tahun
1220 H.” (Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi… hal. 83-84)
Maka, sesungguhnya sangat mudah bagi Firanda –yang dia
mengaku telah membaca semua isi buku Unwan al- Majd–[2] untuk
melihat kejadian itu di tahun yang disebutkan Syaikh Idahram! Tetapi Firanda
malah mengatakan:
“Kedustaan-kedustaan tersebut sebagai berikut: Pertama,
Idahram menyatakan bahwa kitab Unwan al-Majd menyebutkan bahwa
pembantaian ini terjadi pada peristiwa tahun 1220 Hijriyah pada bulan Muharram.”
Karena Syaikh Idahram dituduh dusta, maka kami dari Pecinta
Syaikh Idahram mencoba untuk turut juga merujuk dan membaca beberapa buku yang
dijadikan rujukan oleh Syaikh Idahram, seperti kitab Unwan al-Majd karya
Ibnu Bisyr, Ajaib al-Atsar karya Aljabarti dan Tarikh Najd karya
Husein Ghanam, yang kesemua penulis itu berpaham Wahabi. Dan setelah kami
merujuknya, ternyata apa yang disampaikan oleh Syaikh Idahram adalah benar adanya
bukan dusta. Justru yang berdusta adalah Firanda!
Setelah ini semua, sungguh kami jadi ragu, apa benar Firanda
telah membaca kitab Unwan al-Majd sebagaimana pengakuannya sendiri! Saran
kami, baca ulanglah buku tersebut, maka Firanda dan setiap orang yang
membacanya akan menemukan kalimat-kalimat di bawah ini pada halaman 284 jilid 1
dari buku tersebut, ini scan isi kitabnya:
Terjemahan kalimat dari kitab Unwan
al-Majd di atas adalah:
“Kejadian-kejadian Tahun 1220
Kemudian masuk tahun 1220
(Hijriah). Pada tahun ini mahalnya (harga) barang-barang dan kelaparan semakin
parah menimpa orang-orang di Najd dan daerah sekitarnya. Banyak yang telah
meninggal dunia dari penduduk Yaman. Mayoritas onta-onta dan kambing-kambing
mereka (pun) mati. Pada akhir tahun di bulan Dzul Qa’dah, 3 sha’ biji gandum
mencapai harga satu riyal. 7 waznah korma kering mencapai harga 1 riyal.
(Sedangkan) di daerah menuju Wasym dan Qashim 7 waznah dijual 1 riyal.”
Lalu pada halaman selanjutnya, di halaman 285, Ibnu
Bisyr berkata sebagai berikut:
“Adapun di Makkah, masalahnya jauh lebih hebat dari apa
yang telah kami sebutkan disebabkan perang, pengepungan (oleh tentara Wahabi),
terputusnya suplai makanan dan tranportasi. Itu akibat dilanggarnya perjanjian
damai antara Ghalib dan Saud. Maka semua jalan di Makkah dari arah Yaman,
Tihamah, Hijaz dan Najd ditutup (oleh Wahabi). Karena semua mereka adalah
rakyat Saud dan di bawah perintahnya. Maka pasti dan mutawatir bagi
kami (berita) bahwa harga satu kail beras dan biji-bijian mencapai 6 riyal di
Makkah. Ukuran 1 kail mereka lebih sedikit dari 1 sha’ Najd. Dan di Makkah,
daging-daging keledai dan bangkai dijual dengan harga sangat mahal,
daging-daging anjing dimakan. Harga 1 liter minyak mencapai 2 riyal.
Orang-orang banyak yang mati karena kelaparan.”[3]
Kalimat-kalimat di atas adalah kalimat-kalimat yang keluar
dari mulut seorang sejarawan pengagum dan penganut Wahabi, yang tentunya sudah
disesuaikan dengan selera dan kepentingan
mereka. Sesungguhnya hakikat sebenarnya jauh lebih besar dari itu, karena
keberadaan buku yang diterbitkan oleh orang-orang Wahabi itu ditujukan untuk
meluruskan sejarah Wahabi menurut versi dan keinginan mereka sendiri.
Meskipun telah dibalut dengan ucapan-ucapan lain yang lebih
lunak, tetap saja beberapa fakta sejarah tidak bisa disembunyikan, seperti
ucapan Ibnu Bisyr al-Wahhabi dalam bukunya itu yang didustakan Firanda di bawah
ini:
وَبِيْعَ
فِيْهِا لُحُوْمُ الْحُمُرِ وَالْجِيْفُ بِأَغْلَى ثَمَنٍ. وَأُكِلَتِ الْكِلاَبُ
وَبَلَغَ رَطْلُ الدُّهْنِ رِيَالَيْنِ. وَمَاتَ خَلْقٌ كَثِيْرٌ مِنْهُمْ جَوْعًا.
“Dan di Makkah, daging-daging keledai dan bangkai dijual
dengan harga sangat mahal, daging-daging anjing dimakan. harga 1 liter minyak
mencapai 2 riyal. Orang-orang banyak yang mati karena kelaparan.”[4]
Kalimat-kalimat di atas ini adalah kalimat-kalimat yang disebut
oleh firanda sebagai dongeng Idahram yang tidak ada dalam kitabnya Wahabi “Unwan
al-Majd”, dan karenanya Syaikh Idahram dibilang tukang dusta oleh Firanda
dengan mengatakan:
“Sungguh ini merupakan kedustaan yang sangat memalukan.
Sama sekali tidak ada penukilan seperti ini dalam kitab Unwan al-Majd.
Bagaimana bisa masuk akal kaum Wahabi menjual daging anjing dan bangkai kepada
umat Islam?” (Sejarah Berdarah Sekte Syi’ah… hal. 301)
Pembaca budiman, jadi siapa sesungguhnya yang telah berdusta?
Memang, biasanya maling itu teriak maling!
Kejadian tragis memilukan tahun 1220 Hijriyah/1805 M itu
adalah tanggung jawab Wahabi, karena kendali kekuasaan, keamanan dan jual beli
di Makkah pada saat itu ada di tangan Saud dan Ibnu Abdul Wahab akibat
pengepungan mereka atas Makkah, sebagaimana dituturkan Ibnu Bisyr si pecinta
Wahabi pada halaman yang sama dari buku itu:
فسدت
الطرق كلها عن مكة من جهة اليمن وتهامة الحجاز ونجد، لأن كلهم رعية سعود وتحت
أمره... وطاول هذا الغلا والجوع في نجد نحو ست سنين.
“Maka semua jalan di Makkah dari arah Yaman, Tihamah,
Hijaz dan Najd ditutup (oleh Wahabi). Karena semua mereka adalah rakyat Saud
dan di bawah perintahnya… Krisis harga dan
kelaparan ini berlangsung di Najd (dan sekitarnya termasuk Makkah dan Madinah)
sekitar enam tahun.”[5]
Ibnu Bisyr murid pendiri Wahabi melanjutkan:
“Saud Mempersulit Kepungannya atas
Makkah
Pada tahun ini (1220 H/1805 M) Saud memerintahkan Abdul
Wahab dan seluruh pengikutnya dari Tihamah, Salim ibnu Syakban dan (seluruh)
pengikutnya dari penduduk Bisyah dan sekitarnya, Utsman al-Mudhayifi dengan
seluruh penduduk Hijaz untuk menuju Makkah. Maka mereka turun di sekeliling
Makkah dan mempersulit penduduknya, dan Saud memerintahkan mereka (para
pengikutnya) untuk menunggu rombongan haji negeri Syam dan mencegahnya masuk
Makkah jika sebagai muharib (pasukan).”
Karena krisis ekonomi itu tidak kunjung selesai menimpa
penduduk Makkah dan Madinah termasuk jamaah haji, sehingga ribuan korban mati
berjatuhan akibat kelaparan dan penyerangan Wahabi, akhirnya Syarif Ghalib
(penguasa Makkah wakil Turki Utsmani yang diserang Wahabi) merasa terpanggil
untuk meminta damai dan berbaiat (bersumpah setia) tunduk dan patuh kepada Saud
ibnu Abdul Aziz. Pada halaman 287 dari kitab Unwan al-Majd, Ibnu Bisyr
al-Wahhabi menyatakan seperti di bawah ini, ini
scan isi kitabnya:
“Dan Ghalib mengutus kepada Saud (ibnu
Abdul Aziz) pemilik kemuliaan, meminta perdamaian penuh dan berbai’at. Lalu
Saud menjawab permintaan Ghalib berbaiat. Dan (setelah itu) jalan-jalan menjadi
aman, transportasi ke Makkah lancar dari segala arah, harga-harga murah di
Haramain (Makkah dan Madinah) dan daerah lainnya. [6]
Terkait musibah yang menimpa umat Islam di Makkah itu, Al-Jabarti
si pembela Wahabi dalam kitab sejarahnya Ajaib al-Atsar fi at-Tarajum wa
al-Akhbar juga menjelaskan pada jilid 3 hal 300, ini scan isi kitabnya:
“Dan pada tanggal 13 Rabiul Awal (tahun 1219 H.) datang
berita kapal-kapal barang dari Qalzam ke Suez telah tiba, di dalamnya rombongan
jamaah haji dan pengawalannya. Mereka mengabarkan pengepungan orang-orang
Wahabi atas Makkah, Madinah dan Jeddah, dan mayoritas penduduk madinah mati
kelaparan akibat mahalnya barang makanan, 1 irdab gandum (150 Kg)
seharga 50 franc (itu pun) jika ada, dan 1 irdab beras seharga 100 franc
dan (harga barang-barang lain) seumpama itu.”[7]
Syarif Abdullah ibnu Hasan dalam bukunya Sidq al-Khabar
juga menyatakan hal yang senada pada halaman 130, ini scan isi
kitabnya:
“Dan pada hari Jumat tanggal 21 Muharram tahun 1218
Hijriyah, pembawa berita datang ke Mesir membawa beberapa surat tertanggal 20
Dzulhijjah, tertulis di dalamnya bahwa Wahabi telah menguasai Hijaz (Makkah
dan Madinah)[8]
dan Syarif Ghalib (wakil khalifah Turki Utsmani di Makkah) meminta wali
(penguasa) Jeddah dan para amirul haj (ketua rombongan haji) negeri Syam
dan Mesir untuk tinggal menetap bersamanya beberapa hari untuk keperluan
mengangkut harta dan barang-barangnya (agar bisa berangkat bersama rombongan
haji) ke Jeddah. Mereka pun menyanggupinya dengan disertai imbalan. Maka mereka
(semuanya) tinggal bersama Syarif Ghalib selama dua belas hari. Kemudian pergi
meninggalkan Jeddah setelah rumahnya dibakar.
Pada hari Senin 16 Shafar tahun tersebut, datang surat
dari Hijaz ke Mesir tertanggal pertengahan Muharram, tertulis di dalamnya bahwa
Wahabi telah menguasai penuh kota Makkah pada hari Asyura setelah Syarif
Ghalib pergi dan setelah dua hari para rombongan haji pergi, karena para
rombongan haji terlambat di Makkah selama delapan hari, melebihi kebiasaannya.”
“Pada akhir Muharram 1222 Hijriyah datang berita dari
Mesir (menyatakan) rombongan haji negeri Syam (terpaksa) kembali pulang
dari Manzil Hidyah, karena Wahabi menyampaikan pesan kepada Abdullah Basya, amirul
haj negeri Syam, agar rombongan hajinya berangkat tanpa membawa mahmal
(pengawalan), drumband dan senjata tajam.
Pada hari Sabtu 13 Shafar tahun tersebut, rombongan haji
Maroko sampai di Mesir. Mereka mengabarkan bahwa, Raja Wahabi, Saud, masuk
Makkah bersama pasukan besar dan mengancam amirul haj Mesir akan
membakar pengawalan hajinya jika datang lagi dengan pengawalan, dan Wahabi telah
mengahancurkan kubah-kubah, kubah makam Nabi Adam dan kubah-kubah yang ada di
Yanbu dan Madinah.
Pada hari Ahad 7 Rabiul Akhir tahun tersebut, para aga
(pelayan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi) dan qadi (hakim) yang ditugaskan untuk menjadi qadi
di Madinah dan pelayan Haramain pulang kembali ke Mesir bersama rombongan haji,
karena Wahabi mengusir mereka semuanya. Rombongan haji mengabarkan, mereka
dilarang berziarah ke Madinah dan Wahabi telah mengambil semua yang ada di
rumah Nabi berupa barang-barang simpanan berharga dan permata, serta memerintahkan
untuk membakar rombongan pengawal haji.”
Dan al-Jabarti juga mengatakan pada kejadian tahun 1223 H.
bahwa, gagalnya rombongan haji Syam dan Mesir disebabkan pelarangan Wahabi.
Kemudian dia menyebutkan bahwa, Wahabi telah mengisi empat kotak perhiasan
dengan berlian dan yakut yang begitu banyak. Di antaranya empat tempat lilin
dari Zamrud, lilin berlian yang bisa bercahaya dalam gelap, dan sekitar 100
pedang antik yang sarungnya dibalut dengan emas murni, berlian dan yakut,
gagangnya dari permata zamrud dan yasym, sedangkan mata pedangnya dari besi
bertuliskan nama-nama raja dan khalifah terdahulu.”
Lantas, apakah bukti sejarah dari ulama Anda itu tidak Anda
terima wahai Firanda? Masihkah anda mengelak darinya? Apakah Anda memang
sengaja berdusta demi kelompok Anda? Atau menutup-nutupi kebenaran? Ataukah
karena memang Anda belum membaca buku Unwan al-Majd secara keseluruhan tetapi
mengaku telah membacanya?!
Atau bahkan, sepertinya tradisi dusta adalah kebiasaan buruk
sekte Anda, Salafi Wahabi, termasuk Anda sendiri? Sebagaimana –insyaallah– akan
dikupas dalam buku ini kasus-kasus dusta dan kebohongan sekte Salafi Wahabi. Itu
semua hanya Allah s.w.t. dan diri Anda saja yang mengetahui hakikatnya. Wallahu
a’lam!
Tapi anehnya, Firanda malah
menuduh Syaikh Idahram tukang dusta, pendongeng, mengigau, Syi’ah dan tidak
punya rasa malu sama sekali dengan berdusta berkali-kali! Lha ko’ malah
balik ke Firanda yang tidak punya rasa malu dengan berdusta secara terang-terangan
berkali-kali?! Laa haula wa laa quwwata illa billaah…
[1] Buku tersebut diterbitkan
oleh penerbit Salafi Wahabi bernama Penerbit Naashirussunnah tahun 2012, tanpa
alamat penerbit. Penerbit yang sama juga telah menerbitkan buku senada atas
nama Majelis Ulama Indonesia dengan judul “Mengenal & Mewaspadai
Penyimpangan Syi’ah di Indonesia” dengan tulisan di cover bagian atasnya “Buku
Panduan Majelis Ulama Indonesia”, juga tanpa alamat penerbit.
[2] Sebagaimana pengakuan
Firanda dalam bukunya “Sejarah Berdarah Sekte Syi’ah” itu, pada halaman 250
dan 301.
[3] Ibnu Bisyr: Unwan al-Majd fi Tarikh
Najd, Darat al-Malik Abdul Aziz, jilid 1, op.cit., h. 284-285.
[8]
Hijaz adalah sebuah wilayah di sebelah barat laut Arab Saudi;
kota utamanya adalah Makkah, Madinah dan Jeddah (lihat:
http://id.wikipedia.org/wiki/Hijaz)
ditantang debat sama ust firanda kok gak berani ya
BalasHapusBUKAN MALAH TERBALIK? BUKANKAH FIRANDA YANG SELALU MENGHINDAR? ANEH ANDA INI
HapusSampaikan pada ustad anda firanda, kpn mau debatnya? tentukan waktunya... siarkan di seluruh media ya kl berani
HapusSebentar ane mau nyela dikit, setelah ane baca uraian diatas... ini salah satu ada yg gak beres. jelas yg gak pernah nongol "Idahram" atau "Marhadi" ini siapa? latar belakangnya gimana? serba nggak jelas... tapi ngaku bener.
BalasHapusCoba perhatikan petikan dari tulisan diatas :
“Idahram berkata bahwa Utsman ibnu Abdillah ibnu Bisyr an-Najdi (pengkaji sejarah berfaham Wahabi) menyatakan bahwa WAHABI MENJUAL daging-daging keledai, daging anjing, dan bangkai kepada umat Islam Makkah dengan harga tinggi...."
Buku yang di rujuk adalah ktab UNWAN AL-MAJD yang isinya sbb :
Kemudian masuk tahun 1220 (Hijriah). Pada tahun ini mahalnya (harga) barang-barang dan kelaparan semakin parah menimpa orang-orang di Najd dan daerah sekitarnya. Banyak yang telah meninggal dunia dari penduduk Yaman. Mayoritas onta-onta dan kambing-kambing mereka (pun) mati. Pada akhir tahun di bulan Dzul Qa’dah, 3 sha’ biji gandum mencapai harga satu riyal. 7 waznah korma kering mencapai harga 1 riyal. (Sedangkan) di daerah menuju Wasym dan Qashim 5 waznah dijual 1 riyal.”
Mana ada kalimat "WAHABI MENJUAL DAGING ANJING?"
Nah di kitab Ajaib al-Atsar fi at-Tarajum wa al-Akhbar baru ada tertulis demikian :
Dan di Makkah, daging-daging keledai dan bangkai dijual dengan harga sangat mahal, daging-daging anjing dimakan. Harga 1 liter minyak mencapai 2 riyal. Orang-orang banyak yang mati karena kelaparan.”
TAPI NGGAK ADA kata-kata WAHABI MENJUAL DAGING ANJING.
Jadi ini yang ERROR ini siapa? Firanda atau syekh apa itu namanya? syekh gak terkenal. jangankan latar belakang, profilnya aja nggak jelas. dan org seperti begitu jelas cuma niat memperkeruh... klo mmg berilmu pasti keluar dengan hujjah.
Maaf agak kasar, ane suka kesel kalo liat fitnah depan mata....
otak anda kayanya seliter kurang seraup ya? ga bisa menyimpulkan siapa yang jual daging anjing, dan ada di daerah mana penjualannya? wajar saja, jika yang sederhana saja anda ga faham apalagi yang agak rumit, pasti lebih gagal faham. WAHABI MEMANG SELALU GAGAL FAHAM!
Hapus