Minggu, 02 Februari 2014



MALING TERIAK MALING
Firanda Andirja Abidin mengatakan dalam bukunya berjudul Sejarah Berdarah Sekte Syi’ah, Membongkar Koleksi Dusta Syaikh Idahram:[1]
“Adapun kedustaan Idahram, setelah merujuk langsung ke dua kitab yang disebutkan oleh Idahram, yaitu kitab Unwan al-Majd fi Taarikh Najd karya Ibnu Bisyr dan juga kitab Sidq al-Khabar fi Khawarij al-Qarn ats-Tsaani Asyar karya asy-Syarif Abdullah ibnu Hasan Baasyaa, maka saya semakin menemukan kedustaan-kedustaan Idahram.” (Sejarah Berdarah Sekte Syi’ah… hal. 298)
Pada halaman berikutnya, dia melanjutkan teriakannya:
“Idahram berkata bahwa Utsman ibnu Abdillah ibnu Bisyr an-Najdi (pengkaji sejarah berfaham Wahabi) menyatakan  bahwa Wahabi menjual daging-daging keledai, daging anjing, dan bangkai kepada umat Islam Makkah dengan harga tinggi dalam keadaan mereka kelaparan. Banyak di antara mereka yang meninggalkan kota Makkah karena takut akan kekejaman Wahabi. Sementara bangkai manusia membusuk bergelimpangan di sana sini (Ibnu Bisyr, Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, jilid 1, op. cit., hal. 135-137) demikian perkataan Idahram dalam kitabnya halaman 85.
Sungguh ini merupakan kedustaan yang sangat memalukan. Sama sekali tidak ada penukilan seperti ini dalam kitab Unwan al-Majd. Bagaimana bisa masuk akal kaum Wahabi menjual daging anjing dan bangkai kepada umat Islam?
Idahram memang benar-benar pendusta. Bahkan untuk memantapkan kedustaannya ia menampilkan gambar sampul kitab Unwan al-Majd di dalam bukunya halaman 75, sehingga para pembaca benar-benar menyangka bahwa Idahram benar-benar telah menukil langsung dari buku tersebut. Tetapi kenyataannya Idahram hanyalah pendusta.
Sungguh menyedihkan, buku yang isinya kedustaan ini diberi kata pengantar oleh tokoh-tokoh sekelas Arifin Ilham dan Dr. Said Aqil Siradj!” (Sejarah Berdarah Sekte Syi’ah… hal. 300-301)
Dengan begitu yakin tanpa keraguan sedikit pun, tegas, lantang dan berapi-apinya Firanda mengatakan Syaikh Idahram sebagai pendusta yang kedustaan-kedustaannya sangat memalukan! Betulkah begitu?
Ternyata maling memang biasanya teriak maling, pendusta teriak orang lain berdusta, padahal dirinya yang telah berdusta dan menutup-nutupi kebenaran.
Wahai Firanda, Anda mengaku telah merujuk langsung ke kitab yang dijadikan rujukan Syaikh Idahram. Tidakkah Anda membaca kalimat-kalimat tersebut dalam kitab Unwan al-Majd itu, yang anda mengaku telah membacanya? Ataukah mungkin, mata Anda –maaf– buta dan mata hati anda telah dibutakan oleh Allah s.w.t.? Atau Anda pura-pura tidak melihatnya?!   
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Syaikh Idahram pada bukunya tersebut di halaman 83 s/d 84 bahwa, prahara tersebut terjadi pada tahun 1220 H, dia mengatakan:
“Sedangkan pengkaji sejarah berfaham Wahabi, Utsman ibnu Abdullah ibnu Bisyr al-Hanbali an-Najdi (dalam kitabnya ‘Unwan al-Majd fi Tarikh Najd) menyatakan, prahara tersebut terjadi pada tahun 1220 H.” (Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi… hal. 83-84)
Maka, sesungguhnya sangat mudah bagi Firanda –yang dia mengaku telah membaca semua isi buku Unwan al- Majd–[2] untuk melihat kejadian itu di tahun yang disebutkan Syaikh Idahram! Tetapi Firanda malah mengatakan:
“Kedustaan-kedustaan tersebut sebagai berikut: Pertama, Idahram menyatakan bahwa kitab Unwan al-Majd menyebutkan bahwa pembantaian ini terjadi pada peristiwa tahun 1220 Hijriyah pada bulan Muharram.”
Karena Syaikh Idahram dituduh dusta, maka kami dari Pecinta Syaikh Idahram mencoba untuk turut juga merujuk dan membaca beberapa buku yang dijadikan rujukan oleh Syaikh Idahram, seperti kitab Unwan al-Majd karya Ibnu Bisyr, Ajaib al-Atsar karya Aljabarti dan Tarikh Najd karya Husein Ghanam, yang kesemua penulis itu berpaham Wahabi. Dan setelah kami merujuknya, ternyata apa yang disampaikan oleh Syaikh Idahram adalah benar adanya bukan dusta. Justru yang berdusta adalah Firanda!
Setelah ini semua, sungguh kami jadi ragu, apa benar Firanda telah membaca kitab Unwan al-Majd sebagaimana pengakuannya sendiri! Saran kami, baca ulanglah buku tersebut, maka Firanda dan setiap orang yang membacanya akan menemukan kalimat-kalimat di bawah ini pada halaman 284 jilid 1 dari buku tersebut, ini scan isi kitabnya
 
Terjemahan kalimat dari kitab Unwan al-Majd di atas adalah:
Kejadian-kejadian Tahun 1220
Kemudian masuk tahun 1220 (Hijriah). Pada tahun ini mahalnya (harga) barang-barang dan kelaparan semakin parah menimpa orang-orang di Najd dan daerah sekitarnya. Banyak yang telah meninggal dunia dari penduduk Yaman. Mayoritas onta-onta dan kambing-kambing mereka (pun) mati. Pada akhir tahun di bulan Dzul Qa’dah, 3 sha’ biji gandum mencapai harga satu riyal. 7 waznah korma kering mencapai harga 1 riyal. (Sedangkan) di daerah menuju Wasym dan Qashim 7 waznah dijual 1 riyal.”
Lalu pada halaman selanjutnya, di halaman 285, Ibnu Bisyr berkata sebagai berikut: 
 “Adapun di Makkah, masalahnya jauh lebih hebat dari apa yang telah kami sebutkan disebabkan perang, pengepungan (oleh tentara Wahabi), terputusnya suplai makanan dan tranportasi. Itu akibat dilanggarnya perjanjian damai antara Ghalib dan Saud. Maka semua jalan di Makkah dari arah Yaman, Tihamah, Hijaz dan Najd ditutup (oleh Wahabi). Karena semua mereka adalah rakyat Saud dan di bawah perintahnya. Maka pasti dan mutawatir bagi kami (berita) bahwa harga satu kail beras dan biji-bijian mencapai 6 riyal di Makkah. Ukuran 1 kail mereka lebih sedikit dari 1 sha’ Najd. Dan di Makkah, daging-daging keledai dan bangkai dijual dengan harga sangat mahal, daging-daging anjing dimakan. Harga 1 liter minyak mencapai 2 riyal. Orang-orang banyak yang mati karena kelaparan.[3]
Kalimat-kalimat di atas adalah kalimat-kalimat yang keluar dari mulut seorang sejarawan pengagum dan penganut Wahabi, yang tentunya sudah disesuaikan dengan selera dan kepentingan  mereka. Sesungguhnya hakikat sebenarnya jauh lebih besar dari itu, karena keberadaan buku yang diterbitkan oleh orang-orang Wahabi itu ditujukan untuk meluruskan sejarah Wahabi menurut versi dan keinginan mereka sendiri.
Meskipun telah dibalut dengan ucapan-ucapan lain yang lebih lunak, tetap saja beberapa fakta sejarah tidak bisa disembunyikan, seperti ucapan Ibnu Bisyr al-Wahhabi dalam bukunya itu yang didustakan Firanda di bawah ini:
وَبِيْعَ فِيْهِا لُحُوْمُ الْحُمُرِ وَالْجِيْفُ بِأَغْلَى ثَمَنٍ. وَأُكِلَتِ الْكِلاَبُ وَبَلَغَ رَطْلُ الدُّهْنِ رِيَالَيْنِ. وَمَاتَ خَلْقٌ كَثِيْرٌ مِنْهُمْ جَوْعًا.
“Dan di Makkah, daging-daging keledai dan bangkai dijual dengan harga sangat mahal, daging-daging anjing dimakan. harga 1 liter minyak mencapai 2 riyal. Orang-orang banyak yang mati karena kelaparan.”[4]
Kalimat-kalimat di atas ini adalah kalimat-kalimat yang disebut oleh firanda sebagai dongeng Idahram yang tidak ada dalam kitabnya Wahabi “Unwan al-Majd”, dan karenanya Syaikh Idahram dibilang tukang dusta oleh Firanda dengan mengatakan:
“Sungguh ini merupakan kedustaan yang sangat memalukan. Sama sekali tidak ada penukilan seperti ini dalam kitab Unwan al-Majd. Bagaimana bisa masuk akal kaum Wahabi menjual daging anjing dan bangkai kepada umat Islam?” (Sejarah Berdarah Sekte Syi’ah… hal. 301)
Pembaca budiman, jadi siapa sesungguhnya yang telah berdusta? Memang, biasanya maling itu teriak maling!
Kejadian tragis memilukan tahun 1220 Hijriyah/1805 M itu adalah tanggung jawab Wahabi, karena kendali kekuasaan, keamanan dan jual beli di Makkah pada saat itu ada di tangan Saud dan Ibnu Abdul Wahab akibat pengepungan mereka atas Makkah, sebagaimana dituturkan Ibnu Bisyr si pecinta Wahabi pada halaman yang sama dari buku itu:
فسدت الطرق كلها عن مكة من جهة اليمن وتهامة الحجاز ونجد، لأن كلهم رعية سعود وتحت أمره... وطاول هذا الغلا والجوع في نجد نحو ست سنين.
“Maka semua jalan di Makkah dari arah Yaman, Tihamah, Hijaz dan Najd ditutup (oleh Wahabi). Karena semua mereka adalah rakyat Saud dan di bawah perintahnya Krisis harga dan kelaparan ini berlangsung di Najd (dan sekitarnya termasuk Makkah dan Madinah) sekitar enam tahun.”[5]
Ibnu Bisyr murid pendiri Wahabi melanjutkan:
 
“Saud Mempersulit Kepungannya atas Makkah
Pada tahun ini (1220 H/1805 M) Saud memerintahkan Abdul Wahab dan seluruh pengikutnya dari Tihamah, Salim ibnu Syakban dan (seluruh) pengikutnya dari penduduk Bisyah dan sekitarnya, Utsman al-Mudhayifi dengan seluruh penduduk Hijaz untuk menuju Makkah. Maka mereka turun di sekeliling Makkah dan mempersulit penduduknya, dan Saud memerintahkan mereka (para pengikutnya) untuk menunggu rombongan haji negeri Syam dan mencegahnya masuk Makkah jika sebagai muharib (pasukan).”
Karena krisis ekonomi itu tidak kunjung selesai menimpa penduduk Makkah dan Madinah termasuk jamaah haji, sehingga ribuan korban mati berjatuhan akibat kelaparan dan penyerangan Wahabi, akhirnya Syarif Ghalib (penguasa Makkah wakil Turki Utsmani yang diserang Wahabi) merasa terpanggil untuk meminta damai dan berbaiat (bersumpah setia) tunduk dan patuh kepada Saud ibnu Abdul Aziz. Pada halaman 287 dari kitab Unwan al-Majd, Ibnu Bisyr al-Wahhabi menyatakan seperti di bawah ini, ini scan isi kitabnya:
“Dan Ghalib mengutus kepada Saud (ibnu Abdul Aziz) pemilik kemuliaan, meminta perdamaian penuh dan berbai’at. Lalu Saud menjawab permintaan Ghalib berbaiat. Dan (setelah itu) jalan-jalan menjadi aman, transportasi ke Makkah lancar dari segala arah, harga-harga murah di Haramain (Makkah dan Madinah) dan daerah lainnya. [6]
Terkait musibah yang menimpa umat Islam di Makkah itu, Al-Jabarti si pembela Wahabi dalam kitab sejarahnya Ajaib al-Atsar fi at-Tarajum wa al-Akhbar juga menjelaskan pada jilid 3 hal 300, ini scan isi kitabnya:
 “Dan pada tanggal 13 Rabiul Awal (tahun 1219 H.) datang berita kapal-kapal barang dari Qalzam ke Suez telah tiba, di dalamnya rombongan jamaah haji dan pengawalannya. Mereka mengabarkan pengepungan orang-orang Wahabi atas Makkah, Madinah dan Jeddah, dan mayoritas penduduk madinah mati kelaparan akibat mahalnya barang makanan, 1 irdab gandum (150 Kg) seharga 50 franc (itu pun) jika ada, dan 1 irdab beras seharga 100 franc dan (harga barang-barang lain) seumpama itu.”[7]
Syarif Abdullah ibnu Hasan dalam bukunya Sidq al-Khabar juga menyatakan hal yang senada pada halaman 130, ini scan isi kitabnya
“Dan pada hari Jumat tanggal 21 Muharram tahun 1218 Hijriyah, pembawa berita datang ke Mesir membawa beberapa surat tertanggal 20 Dzulhijjah, tertulis di dalamnya bahwa Wahabi telah menguasai Hijaz (Makkah dan Madinah)[8] dan Syarif Ghalib (wakil khalifah Turki Utsmani di Makkah) meminta wali (penguasa) Jeddah dan para amirul haj (ketua rombongan haji) negeri Syam dan Mesir untuk tinggal menetap bersamanya beberapa hari untuk keperluan mengangkut harta dan barang-barangnya (agar bisa berangkat bersama rombongan haji) ke Jeddah. Mereka pun menyanggupinya dengan disertai imbalan. Maka mereka (semuanya) tinggal bersama Syarif Ghalib selama dua belas hari. Kemudian pergi meninggalkan Jeddah setelah rumahnya dibakar.
Pada hari Senin 16 Shafar tahun tersebut, datang surat dari Hijaz ke Mesir tertanggal pertengahan Muharram, tertulis di dalamnya bahwa Wahabi telah menguasai penuh kota Makkah pada hari Asyura setelah Syarif Ghalib pergi dan setelah dua hari para rombongan haji pergi, karena para rombongan haji terlambat di Makkah selama delapan hari, melebihi kebiasaannya.”
  “Pada akhir Muharram 1222 Hijriyah datang berita dari Mesir (menyatakan) rombongan haji negeri Syam (terpaksa) kembali pulang dari Manzil Hidyah, karena Wahabi menyampaikan pesan kepada Abdullah Basya, amirul haj negeri Syam, agar rombongan hajinya berangkat tanpa membawa mahmal (pengawalan), drumband dan senjata tajam.
Pada hari Sabtu 13 Shafar tahun tersebut, rombongan haji Maroko sampai di Mesir. Mereka mengabarkan bahwa, Raja Wahabi, Saud, masuk Makkah bersama pasukan besar dan mengancam amirul haj Mesir akan membakar pengawalan hajinya jika datang lagi dengan pengawalan, dan Wahabi telah mengahancurkan kubah-kubah, kubah makam Nabi Adam dan kubah-kubah yang ada di Yanbu dan Madinah.
Pada hari Ahad 7 Rabiul Akhir tahun tersebut, para aga (pelayan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi) dan qadi  (hakim) yang ditugaskan untuk menjadi qadi di Madinah dan pelayan Haramain pulang kembali ke Mesir bersama rombongan haji, karena Wahabi mengusir mereka semuanya. Rombongan haji mengabarkan, mereka dilarang berziarah ke Madinah dan Wahabi telah mengambil semua yang ada di rumah Nabi berupa barang-barang simpanan berharga dan permata, serta memerintahkan untuk membakar rombongan pengawal haji.”
Dan al-Jabarti juga mengatakan pada kejadian tahun 1223 H. bahwa, gagalnya rombongan haji Syam dan Mesir disebabkan pelarangan Wahabi. Kemudian dia menyebutkan bahwa, Wahabi telah mengisi empat kotak perhiasan dengan berlian dan yakut yang begitu banyak. Di antaranya empat tempat lilin dari Zamrud, lilin berlian yang bisa bercahaya dalam gelap, dan sekitar 100 pedang antik yang sarungnya dibalut dengan emas murni, berlian dan yakut, gagangnya dari permata zamrud dan yasym, sedangkan mata pedangnya dari besi bertuliskan nama-nama raja dan khalifah terdahulu.”
Lantas, apakah bukti sejarah dari ulama Anda itu tidak Anda terima wahai Firanda? Masihkah anda mengelak darinya? Apakah Anda memang sengaja berdusta demi kelompok Anda? Atau menutup-nutupi kebenaran? Ataukah karena memang Anda belum membaca buku Unwan al-Majd secara keseluruhan tetapi mengaku telah membacanya?!  
Atau bahkan, sepertinya tradisi dusta adalah kebiasaan buruk sekte Anda, Salafi Wahabi, termasuk Anda sendiri? Sebagaimana –insyaallah– akan dikupas dalam buku ini kasus-kasus dusta dan kebohongan sekte Salafi Wahabi. Itu semua hanya Allah s.w.t. dan diri Anda saja yang mengetahui hakikatnya. Wallahu a’lam!
Tapi anehnya, Firanda malah menuduh Syaikh Idahram tukang dusta, pendongeng, mengigau, Syi’ah dan tidak punya rasa malu sama sekali dengan berdusta berkali-kali! Lha ko’ malah balik ke Firanda yang tidak punya rasa malu dengan berdusta secara terang-terangan berkali-kali?! Laa haula wa laa quwwata illa billaah…


[1] Buku tersebut diterbitkan oleh penerbit Salafi Wahabi bernama Penerbit Naashirussunnah tahun 2012, tanpa alamat penerbit. Penerbit yang sama juga telah menerbitkan buku senada atas nama Majelis Ulama Indonesia dengan judul “Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia” dengan tulisan di cover bagian atasnya “Buku Panduan Majelis Ulama Indonesia”, juga tanpa alamat penerbit.
[2] Sebagaimana pengakuan Firanda dalam bukunya “Sejarah Berdarah Sekte Syi’ah” itu, pada halaman 250 dan  301.
[3] Ibnu Bisyr: Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, Darat al-Malik Abdul Aziz, jilid 1, op.cit., h. 284-285.
[4] Ibnu Bisyr: Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, Darat al-Malik Abdul Aziz, jilid 1, op.cit., h. 285.
[5] Ibnu Bisyr: Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, Darat al-Malik Abdul Aziz, jilid 1, op.cit., h. 285.
[6] Ibnu Bisyr: Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, Darat al-Malik Abdul Aziz, jilid 1, op.cit., h. 287.
[7] Al-Jabarti, Ajaib al-Atsar, jilid 3, halaman 300.
[8] Hijaz adalah sebuah wilayah di sebelah barat laut Arab Saudi; kota utamanya adalah Makkah, Madinah dan Jeddah (lihat: http://id.wikipedia.org/wiki/Hijaz)

5 komentar:

  1. ditantang debat sama ust firanda kok gak berani ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. BUKAN MALAH TERBALIK? BUKANKAH FIRANDA YANG SELALU MENGHINDAR? ANEH ANDA INI

      Hapus
    2. Sampaikan pada ustad anda firanda, kpn mau debatnya? tentukan waktunya... siarkan di seluruh media ya kl berani

      Hapus
  2. Sebentar ane mau nyela dikit, setelah ane baca uraian diatas... ini salah satu ada yg gak beres. jelas yg gak pernah nongol "Idahram" atau "Marhadi" ini siapa? latar belakangnya gimana? serba nggak jelas... tapi ngaku bener.

    Coba perhatikan petikan dari tulisan diatas :

    “Idahram berkata bahwa Utsman ibnu Abdillah ibnu Bisyr an-Najdi (pengkaji sejarah berfaham Wahabi) menyatakan bahwa WAHABI MENJUAL daging-daging keledai, daging anjing, dan bangkai kepada umat Islam Makkah dengan harga tinggi...."

    Buku yang di rujuk adalah ktab UNWAN AL-MAJD yang isinya sbb :

    Kemudian masuk tahun 1220 (Hijriah). Pada tahun ini mahalnya (harga) barang-barang dan kelaparan semakin parah menimpa orang-orang di Najd dan daerah sekitarnya. Banyak yang telah meninggal dunia dari penduduk Yaman. Mayoritas onta-onta dan kambing-kambing mereka (pun) mati. Pada akhir tahun di bulan Dzul Qa’dah, 3 sha’ biji gandum mencapai harga satu riyal. 7 waznah korma kering mencapai harga 1 riyal. (Sedangkan) di daerah menuju Wasym dan Qashim 5 waznah dijual 1 riyal.”

    Mana ada kalimat "WAHABI MENJUAL DAGING ANJING?"

    Nah di kitab Ajaib al-Atsar fi at-Tarajum wa al-Akhbar baru ada tertulis demikian :

    Dan di Makkah, daging-daging keledai dan bangkai dijual dengan harga sangat mahal, daging-daging anjing dimakan. Harga 1 liter minyak mencapai 2 riyal. Orang-orang banyak yang mati karena kelaparan.”

    TAPI NGGAK ADA kata-kata WAHABI MENJUAL DAGING ANJING.

    Jadi ini yang ERROR ini siapa? Firanda atau syekh apa itu namanya? syekh gak terkenal. jangankan latar belakang, profilnya aja nggak jelas. dan org seperti begitu jelas cuma niat memperkeruh... klo mmg berilmu pasti keluar dengan hujjah.

    Maaf agak kasar, ane suka kesel kalo liat fitnah depan mata....

    BalasHapus
    Balasan
    1. otak anda kayanya seliter kurang seraup ya? ga bisa menyimpulkan siapa yang jual daging anjing, dan ada di daerah mana penjualannya? wajar saja, jika yang sederhana saja anda ga faham apalagi yang agak rumit, pasti lebih gagal faham. WAHABI MEMANG SELALU GAGAL FAHAM!

      Hapus

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget