Jumat, 22 Agustus 2014

  • 09.02
  • Artikel, Makalah dan Informasi
  • 1 comment


FIRANDA LAGI-LAGI BERDUSTA
TANPA RASA MALU & BERDOSA
Oleh: Syaikh Idahram
 Dusta Firanda ke-19, dia berkata:
Kerajaan Arab Saudi yang merupakan gudang dan markas kaum Salafi Wahabi, apakah benar kerajaan Arab Saudi sedemikian bengisnya? Suka menumpahkan darah? Suka membunuh, bahkan membunuh para ulama? Apakah jika ada orang yang berselisih dengan kerajaan Arab Saudi serta-merta langsung dibunuh? Apakah kerajaan Arab Saudi hobi menumpahkan darah jamaah haji?[1]
Dari perkataannya di atas, ada beberapa kemungkinan tentang jati diri Firanda:
Pertama, dia sengaja berdusta untuk ke sekian kalinya, sebab dia mengaku telah membaca dan mengecek semua buku yang dijadikan rujukan oleh Syaikh Idahram.[2] Kedua, dia keras kepala dan malu untuk mengakui kebenaran. Meskipun perkara itu sudah jelas di depan matanya. Ketiga, mungkin dia memang benar-benar tidak tahu (baca: bodoh) tentang hal itu tetapi pura-pura mengetahuinya (baca: pandai).
Kesemua kemungkinan-kemungkinan itu tetap saja namanya kebohongan. Pertanyaan-pertanyaan Firanda yang menafikan adanya pembunuhan umat Islam oleh Wahabi di atas sudah terjawab secara tuntas dan terang-benderang pada pembahasan-pembahasan lalu dalam buku ini.
Sesungguhnya kasus-kasus pembunuhan yang dilakukan Salafi Wahabi bukan hanya diakui para sejarawan non Wahabi, tetapi juga oleh para sejarawan Wahabi sendiri. Pembaca dapat dengan mudah membuktikan itu dengan membaca buku-buku sejarah yang ditulis oleh  para penulis berpaham Wahabi, seperti:
1.    Utsman ibnu Abdullah Ibnu Bisyr dalam bukunya Unwan al-Majd (alamat kemuliaan), lihat  jilid 1 dari halaman 45 sampai halaman 463, dan jilid 2 dari halaman 28 sampai halaman 286. Buku ini dapat diunduh di alamat bawah ini:
2.    Asy-Syaikh Hussein Ghannam dalam bukunya Tarikh Najd, lihat dari halaman 95 sampai halaman 203. Buku ini dapat diunduh di alamat:
3.    Muhammad Adib Ghalib dalam bukunya Min Akhbar al-Hijaz wa an-Najd (Di Antara Berita tentang Hijaz dan Najd), lihat pada halaman 58, 59-60, 66-67, 70, 72-73, 92, 101, 104, 106, 111, 114, 123 dan 178. Buku ini dapat diunduh di alamat bawah ini:
4.    Amin ar-Raihani dalam bukunya Tarikh Najd al-Hadits wa Mulhaqatih (sejarah Najd baru dan daerah sekitarnya), lihat dari halaman 50 s/d 298.[3] Buku ini dapat diunduh di alamat:
5.    Ibrahim ibnu Shalih ibnu Isa dalam bukunya Tarikh Ba’dhi al-Hawadits al-Waqi’ah fi Najd (sejarah sebagian tragedi yang terjadi di Najd), lihat pada halaman 83-101 dan 113-146.[4] Buku ini dapat diunduh di salah satu alamat di bawah ini:
6.    Abdullah ash-Shalih al-Utsaimin (dosen di Universitas Raja Saud) dalam bukunya Buhuts wa Ta’liqat fi Tarikh al-Mamlakah al-Arabiyah as-Su’udiyah (Riset dan komentar tentang sejarah Kerajaan Arab Saudi), lihat pada halaman 5 sampai halaman 12 dan 22 sampai halaman 29.[5] Buku ini dapat diunduh di alamat bawah ini:
7.    Sulaiman ibnu Shalih al-Khurrasyi dalam bukunya Tarikh Najd min Khilal Kitab ad-Duras as-Saniyyah (sejarah Najd melalui kitab ad-Durar as-Saniyyah), lihat pada halaman 21-24, 43-47, 73-77, 91-92 dan 321-357.[6] Buku ini dapat diunduh dari internet pada alamat di bawah ini:
8.    Emir Saud ibnu Hadzlul (Emir Qasim) dalam bukunya Tarikh Muluk Al Saud (sejarah raja-raja Saudi), lihat pada halaman 7-224.[7] Buku ini dapat diunduh di alamat:
9.    Aljabarti dalam bukunya Tarikh Aljabarti: ‘Ajaib al-Atsar (Sejarah al-Jabarti: keajaiban-keajaiban sejarah), dapat dilihat pada poin nomor 3, karena memiliki kesamaan. Buku ini dapat diunduh di alamat:
10.                        Abdurrahman ibnu Abdul Lathif ibnu Abdullah Alu Syaikh dalam buku yang ditahkik olehnya Unwan al-Majd (alamat kemuliaan), lihat pada halaman yang sama dengan poin nomor 1 di atas. 
Lantas, masihkah Salafi Wahabi Indonesia mengelak dan memungkiri bukti-bukti ilmiah itu?! Laa hawla wa laa quwwata illa billaah…


[1] Firanda Andirja Abidin, Sejarah Berdarah Sekte Syiah, Membongkar Koleksi Dusta Syaikh Idahram, Naashirusunnah, tanpa alamat penerbit, cet. Ke-1, 2012, hal. xviii.
[2] Sebagaimana pengakuan Firanda dalam bukunya “Sejarah Berdarah Sekte Syi’ah” itu, pada halaman 250 dan 298. Buku ini diterbitkan oleh Naashirusunnah 2012, tanpa alamat penerbit, cetakan pertama.
[3] Lihat: Amin ar-Raihani, Tarikh Najd al-Hadits wa Mulhaqatih, al-Mathba’ah al-ilmiyah li Yusuf Shadir, Beirut, cetakan pertama 1928, hal. 50-298
[4] Lihat: Ibrahim ibnu Shalih ibnu Isa (1270-1343 H), Tarikh Ba’dhi al-Hawadits al-Waqi’ah fi Najd, al-Amanah al-’Amah li al-Ihtifal bi Murur Mi`ah ‘Am ‘ala Ta`sis al-Mamlakah al-’Arabiyah as-Su’udiyah (Maktabah al-Malik Fahd al-Wathaniyah) Riyadh 1999 M/1419 H, hal. 83-101 dan 113-146.
[5] Lihat: Abdullah ash-Shalih al-Utsaimin, Buhuts wa Ta’liqat fi Tarikh al-Mamlakah al-Arabiyah as-Su’udiyah, Maktabah at-Taubah, cet. ke-2, Riyad 1990, hal. 5-12 & 22-29.
[6] Lihat: Sulaiman ibnu Shalih al-Khurrasyi, Tarikh Najd min Khilal Kitab ad-Durar as-Saniyyah, ad-Dar al-Arabiyah li al-Mausu’at, cet. ke-1, Beirut-Lebanon 2007 M, hal. 21-24, 43-47, 73-77, 91-92 dan 321-357.
[7] Lihat: Emir Saud ibnu Hadzlul (Emir Qasim) Tarikh Muluk Al Saud, cet. Ke-1, 1961 M, Mathabi’ al-Riyadh, Saudi Arabia, lihat halaman 7-224.

1 komentar:

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget