8 MAZHAB DALAM ISLAM
Oleh: Syaikh Idahram
Mazhab adalah suatu pendapat/pandangan seorang Imam Mujtahid dalam memahami teks-teks Alqur’an
dan sunnah yang terkumpul dalam satu madrasah
pemikiran dan memiliki pengikut.
Mazhab dalam Islam terbagi tiga: kelompok politik (siyasah), akidah dan Fikih. Dalam
pandangan politik misalkan, ada mazhab (1) Ahlussunnah wal jamaah, (2) Syiah, (3)
Khawarij, (4) Murji’ah, (5) Kisaniyah, (6) Zaidiyah, (7) Hakimiyah, (8) Nushairiyah.
Dalam kelompok akidah, ada mazhab (1) Asyairah, (2)
Maturidiyah, (3) Mu’tazilah, (4) Qadariyah, (5) Jabariyah, (6) Bahaiyah, (7) Qadiyaniyah
dan (8) Mujassimah Musyabbihah, Mazhab Wahabi ada kesamaan dengan Mazhab
Musyabbihah Mujassimah dalam hal akidah.
Adapun dalam kelompok Fikih, sedikitnya ada 9
(sembilan) mazhab terkenal yang masih ada pengikutnya hingga hari ini. Jika
kita sebutkan satu persatu, di antaranya adalah:
1.
Mazhab Fikih pertama dalam Islam, yaitu Mazhab Ibadhiyah. Pendirinya Abdullah
ibnu Ibadh al-Muqaisy al-Mari at-Tamimi wafat sekitar tahun 86 Hijriyah. Mazhab
ini juga dinisbatkan kepada Jabir ibnu Zaid al-Ommani yang berguru kepada Sahabat,
Ibnu Abbas r.a. Fikih Ibadhiyah sangat dekat dengan kalangan Ahlussunnah wal Jamaah, berdasarkan
al-Quran, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas. Sebagian Ibadhiyah adalah Syiah seperti
suku al-Lawatiyah di Omman.[1] Saat ini pengikut
Mazhab Ibadhiyah banyak terdapat di negara Omman sebagai mazhab resmi negara,
juga tersebar dalam jumlah kecil di beberapa negara berpenduduk muslim seperti:
Libiya, Aljazair, Tunis, Maroko dan di beberapa negara Afrika.
2.
Mazhab Zaidiyah, yang merupakan mazhab Fikih tertua
kedua setelah Ibadhiyah. Terkadang orang menyebutnya Syiah Zaidiyah. Zaidiyah
adalah mazhab dalam hal akidah dan Fikih sekaligus. Banyak –tetapi tidak semua–
dari Ahlulbait (keturunan) Nabi s.a.w. dari kalangan habaib dan asyraf bermazhab
Zaidiyah. Mazhab Zaidiyah ini dinisbatkan kepada Zaid ibnu Zainal Abidin ibnu
Husein ibnu Ali karramallahu wajhah
ibnu Abu Thalib. Beliau wafat tahun 94 Hijriyah. Saat ini pengikut Zaidiyah
banyak terdapat di negara Yaman. Mazhab Syiah yang satu ini paling dekat dengan
Mazhab Ahlussunnah wal Jamaah dan
paling moderat. Mereka tidak mengganggap para Imam yang 12 ma’shum seperti ma’shumnya
Nabi, melainkan seperti manusia biasa. Hanya saja para Imam-imam itu lebih
mulia kedudukannya setelah Nabi s.a.w. Mereka juga tidak mengkafirkan para
khalifah setelah Nabi s.a.w., khususnya para khalifah yang telah dibaiat oleh
Sayidina Ali karramallahu wajhah.[2]
3.
Mazhab Hanafi. Pendirinya adalah Abu Hanifah an-Nu’man ibnu Tsabit al-Kufi. Beliau
lahir pada tahun 81 Hijriyah (700 Masehi) dan wafat tahun 150 Hijriyah (767
Masehi). Inilah mazhab yang paling banyak pengikutnya saat ini. tersebar di
Pakistan, India, Iraq, Mesir, dan daerah-daerah sekitar Pakistan dan India
seperti: Turkmenistan, Kazakstan dan Azerbaizan. Sebagai Imam Mazhab yang masih
termasuk ke dalam generasi Tabiin, beliau pernah berguru kepada seorang ulama Tabiin,
Ja’far ash-Shadiq, Imam ke-6 dalam tradisi Mazhab Syi’ah.
4.
Mazhab
Maliki. Pendirinya Malik ibnu Anas al-Ashbahi al-Madani. Beliau lahir tahun 94 Hijriyah
(716 Masehi) dan wafat tahun 179 Hijriyah (795 Masehi). Pengikutnya banyak
terdapat di Maroko dan negara-negara berpenduduk muslim lainnya di Afrika.
5.
Mazhab
Syafi’i. Pendirinya Muhammad ibnu Idris asy-Syafii lahir tahun 150 Hijriyah (767
Masehi) dan wafat tahun 205 Hijriyah (820 Masehi). Di antara gurunya adalah
Imam Malik. Pengikut mazhab ini banyak terdapat di Asia Tenggara, termasuk
Indonesia. Juga terdapat di Mesir, Irak, Omman dan negeri-negeri Syam.
6.
Mazhab
Hanbali. Pendirinya Ahmad ibnu Hanbal al-Baghdadi. Beliau lahir tahun 164 Hijriyah
(780 Masehi) dan wafat tahun 241 Hijriyah (855 Masehi). Di antara gurunya
adalah Imam Syafi’i. Pengikutnya, menurut klaim sebagian Salafi Wahabi, banyak
terdapat di Arab Saudi.
7.
Mazhab
Syiah Imamiyah. Menurut keyakinan para penganutnya, mazhab ini berpijak kepada 12 imam
keturunan Rasulullah s.a.w. dari jalur Sayidina Ali ibnu Abu Thalib r.a. Pengikutnya
banyak terdapat di Iran, Irak, Lebanon, Qatar, Bahrain, Yaman, Syria dan
menyebar dalam jumlah kecil di banyak negara berpenduduk muslim seperti Mesir,
Yordania bahkan Indonesia. Dari tinjauan geo politik, negara Kerajaan Arab
Saudi di kelilingi oleh negara-negara berpenduduk Syiah yang cukup besar. Oleh
karena itu, Pemerintah Saudi punya kepentingan politik dalam mendukung paham anti
Syiah demi kelanggengan kerajaannya.
8.
Mazhab
Zhahiri. Pendirinya adalah Daud bin Ali bin Khalaf al-Ashbahani dikenal dengan
sebutan Daud az-Zhahiri. Lahir di Kufah antara tahun 200, 201 dan 202 H, dan
wafat tahun 270 H.[3]
Mulanya ia bermazhab Syafi’i dan termasuk orang yang begitu mencitai sang Imam
sehingga menulis dua buku mengenai keutamaan dan sanjungan kepada Imam Syafi’i.[4] Meskipun ajaran
Zahiri terus bertahan terutama dikalangan ulama dan ahli hadits, masyarakat
mulai jarang mengikut mazhab ini sehingga banyak ahli sejarah mulai
menyatakannya telah punah. Saat ini, Mazhab Zhahiri masih diikuti oleh
komunitas-komunitas kecil di Maroko dan Pakistan.
9.
Jika boleh ditambahkan,[5] yang terakhir
adalah Mazhab Wahabi. Dinisbatkan kepada Muhammad ibnu Abdul Wahab
at-Tamimi an-Najdi (wafat tahun 1792 Masehi). Karena ternyata, Wahabi memiliki
banyak perbedaan dengan Mazhab Hanbali, meskipun sebagian pengikutnya terkadang
mengklaim mereka bermazhab Imam Ahmad ibnu Hanbal. Tetapi sebagian mereka justru
menyatakan tidak bermazhab. Pada tataran realita, Mazhab Wahabi ini mengikuti
pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah dan memadukannya dengan pendapat Ibnu Abdul
Wahab, tidak merujuk kepada pendapat Imam Ahmad ibnu Hanbal.
Jadi tidak
benar, jika dikatakan hanya ada 4 (empat) mazhab dalam Islam. Ini adalah bentuk pembodohan
terhadap umat Islam dan tidak sejalan dengan sejarah yang ada. Saat ini Wahabi dan Syiah menjadi sorotan tajam. Wahabi bermacam-macam, begitu juga dengan Syiah bermacam-macam. Ada di antara Wahabi yang masuk ke dalam kekufuran, sama halnya dengan Syiah. Begitu juga, ada di antara Wahabi yang masih dapat dibenarkan, begitu juga dengan Syiah. Persatuan dan kesatuan umat, jauh lebih penting daripada hanya mempermasalahkan masalah-masalah furu'iyah, bukan masalah-masalah ushuliyah. Saat ini, banyak umat Islam yang terjebak dan termakan berita yang belum pasti kebenarannya, sehingga di antara umat Islam saling caci-maki, bahkan saling bunuh. Padahal Rasulullah s.a.w. telah bersabda, "Mencaci-maki orang Islam adalah kefasikan dan memeranginya (membunuhnya) adalah kekafiran." (HR. Bukhari dalam Shahihnya). Kita tidak boleh mencaci-maki umat Islam, apalagi dengan caci-maki para sahabat Nabi s.a.w. itu sangat dilarang, bukan ajaran Islam.
Dalam sebuah deklarasi yang dikeluarkan oleh Konferensi Islam Internasional
di Amman Yordania tanggal 4-6 Juli 2005, dan ditegaskan kembali dalam keputusan
dan rekomendasi Sidang ke 17 Majma al-Fiqh al-Islami (lembaga di
bawah Organisasi Konferensi Islam/OKI) di Yordania tanggal 24-26 Juni 2006
dinyatakan:
1.Setiap
yang mengikuti salah satu dari empat Mazhab Ahlussunnah wal Jamaah (Hanafi,
Maliki, Syafi’i dan Hanbali), Mazhab Ja`fari (Syiah Imamiyah), Zaidiyah,
Ibadhiyah dan Zhahiriyah adalah Muslim, yang tidak boleh dikafirkan. Demikian
pula tidak boleh mengkafirkan kelompok Muslim lain yang beriman kepada Allah,
Rasul-Nya, rukun iman, menghormati rukun Islam dan tidak mengingkari
pokok-pokok ajaran agama (al-ma`lûm min
ad-dîn bi ad-dharûrah).
2.Perkara-perakara
yang menyatukan mazhab-mazhab yang ada sangatlah banyak dibanding perbedaan.
Para penganut mazhab delapan tadi sepakat terhadap prinsip-prinsip pokok ajaran
Islam. Semua beriman kepada Allah yang Esa, Al-Qur`an adalah kalamullah, Nabi
Muhammad adalah Nabi dan Rasul untuk seluruh umat manusia. Mereka juga sepakat
rukun Islam yang lima; syahadat, shalat, zakat, puasa Ramadhan dan haji.
Demikian juga rukun iman; percaya kepada Allah, malaikat, kitab-kitab,
rasul-rasul, hari akhir dan qadar yang baik dan buruk. Perbedaan ulama para
pengikut mazhab adalah perbedaan dalam hal teknis (furu’iyyah), bukan yang prinsipil, dan itu mendatangkan rahmah.
Pernyataan
yang ditandatangani oleh banyak ulama dunia Islam itu dapat dikatakan sebagai
sebuah konsensus (ijmâ`) umat Islam
di era modern, sebagai upaya membangun pijakan dalam mewujudkan kerukunan dan
kedamaian.[6]
Tentu sangat disayangkan, jika ada kelompok umat Islam
yang terlalu mudah mengafirkan orang atau institusi hanya karena berbeda
pandangan dalam beberapa persoalan akidah atau Fikih. Padahal Al-Qur`an
mengingatkan kita agar tidak cepat-cepat menghukumi orang lain kafir, “Dan janganlah kamu mengatakan kepada orang
yang mengucapkan ‘salam’ kepadamu, ‘Kamu bukan seorang yang beriman,’ (lalu
kamu membunuhnya).” (QS. an-Nisa [4]: 94). Rasulullah juga meningatkan, “Jika ada seseorang yang melemparkan tuduhan
fasiq dan kafir kepada orang lain, dan ternyata tuduhan itu tidak benar, maka
tuduhan itu akan kembali kepada dirinya.” (HR. Al-Bukhari).
[2]
Muhammad Abu Zuhrah, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah (sejarah
Mazhab-Mazhab Islam), Dar al-Fikr al-Arabi, Cairo, hal. 40.
[4]
Umar Ridha Kihalah, Mu’jam al Muallifin, Muassasah ar-Risalah, Beirut 1993,
cet. 1 jilid 1, h. 700.
[5]
Kenapa kami katakan, jika boleh ditambahkan? Karena dalam definisi mazhab di
atas, mazhab merupakan pendapat seorang ulama mujtahid. Pertanyaannya adalah,
apakah Ibnu Abdul Wahab memenuhi kriteria sebagai seorang
mujtahid atau tidak, jika dilihat dari kapasitas keilmuan dan kewaraannya.
[6]
www.waag-azhar.or.id/index.php/berita/artikel-ke-azharan/132-benarkah-quraish-shihab-syiah-ii
Apa betul sesama muslim tidak boleh saling bunuh? Itu yg dipraktekkan sahabat2 rosulullah saw semasa perang siffin, perang jamal bagaimana? Perang karbala?dan pembantaian2 keji lainnya terhadap sesama.muslim bagaimana? Apakah sahabat2 yg melakukan itu tergolong maksum? Suci dari dosa atau tindakannya dibenarkan dan dapat pengecualian??
BalasHapus